Yesus Kristus Hadir Dalam Budaya

KHOTBAH MINGGU

“Yesus Kristus Hadir Dalam Budaya”

Lukas 24:13-35

Dalam suasana masyarakat bangsa dan dunia yang diselimuti kecemasan pandemic Covid-19, kita kembali memasuki perayaan bulan bahasa dan budaya. Biasanya, pada bulan Mei ini ibadah-ibadah kita menjadi perayaan yang meriah karena disemarakkan oleh ornamen-ornamen budaya, seperti tarian, nyanyian, syair, tenunan, alat musik, serta simbol-simbol budaya lainnya sebagai kekayaan anugerah Allah.

Anggota GMIT datang dari latar belakang etnik yang beraneka ragam, sehingga ada banyak pilihan mengenai bentuk dan pesan dari perayaan-perayaan iman sepanjang bulan Mei. Di tahun ini, pandemi covid19 memaksa kita untuk menghindari keramaian dan menjaga jarak aman.

Kiranya perayaan bulan budaya dan bahasa tetap terselenggara di rumah masing-masing sebagai moment iman untuk memperkuat persekutuan dan merayakan kepelbagaian budaya, memberi harapan dan menyemangati karya bersama melawan pandemi covid-19.

Cerita perikop bacaan hari ini mengisahkan tentang perubahan yang dialami oleh dua murid yang sedang melakukan perjalanan ke Emaus.  Jarak Yerusalem ke Emaus berkisar 7 mil (atau 11,26 km). Kepergian mereka ke Emaus berlangsung dalam situasi keputusasaan, tetapi perjalanan kembali dari Emaus ke Yerusalem berlangsung dengan semangat berkobar-kobar penuh harapan dan sukacita. Perubahan yang sedemikian mencolok disebabkan oleh kehadiran Yesus di tengah mereka. Di tengah jalan menuju Emaus itu, Tuhan Yesus bergabung dengan mereka. Dengan menghadirkan diri sebagai teman seperjalanan, Tuhan Yesus mendengar mereka bercerita tentang kecemasan dan keputusaasaan (ayat 19-25). 

Tuhan Yesus menjadi teman seperjalanan yang aktif. Ia mendengar cerita mereka dan memahami bahwa mereka sedang dalam kebingungan menghadapi perkembangan situasi di sekitar kematian dan kebangkitanNya. Mereka belum mengerti bahwa Mesias memang harus mati dan bangkit pada hari ketiga. Tuhan Yesus membantu mereka untuk mengingat kembali cerita-cerita kitab suci,  apa yang pernah ditulis oleh Musa dan semua nabi tentang  sang Mesias. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan iman mereka. Dia menunjukkan titik kritis yang menyebabkan kecemasan dan keputusasaan, yaitu bahwa mereka tidak percaya akan semua yang telah dinyatakan oleh para nabi.

Makna dari perjalanan ke Emaus diperluas, sebagai perjalanan melintasi keputusasaan menuju harapan. Jalan melintasi keputusasaan memerlukan wawasan yang luas melaampaui ruang dan waktu yang sedang dihadapi. Tuhan Yesus menjadi teman seperjalanan yang memungkinkan kedua muridNya itu melanjutkan cerita kecemasan dan keputusasaan dengan percakapan tentang tradisi-tradisi budaya, sumber-sumber pengetahuan dan terutama kesaksian kitab suci sehingga mereka tidak kehilangan iman kepada Allah sebagai dasar pijak dan sumber harapan bagi manusia dan dunia. 

Perjalanan melintasi keputusasaan menuju harapan dimungkinkan oleh kebersamaan dan percakapan, berlanjut pada tinggal bersama dan makan semeja. Tuhan Yesus menjadi teman seperjalanan pada tiap fase perjalanan itu. Waktu duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Tata cara makan bersama seperti ini mengingatkan kedua murid pada apa yang pernah

Tuhan Yesus perintahkan. “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19). Baru pada saat makan bersama kedua murid mengenal dan menyadari bahwa Tuhan Yesus benarbenar telah bangkit sedang bersama-sama dengan mereka.

Bagaimana kaitan cerita firman Tuhan hari ini dengan pergumulan pelayanan GMIT di bulan bahasa dan budaya tahun ini? Pada bulan Mei tahun ini, kita bergumul dengan 3 hal penting: merayakan kebangkitan Tuhan Yesus, menggumuli pandemi covid 19, dan merayakan budaya dan bahasa.   

Pada kesempatan ini kita memaknai cerita Injil Lukas tentang perjalanan dua orang murid, dari Yerusalem ke Emaus dan kembali lagi ke Yerusalem, sebagai perjalanan melintasi keputusasaan menuju harapan. Yesus yang bangkit menjadi teman seperjalanan yang aktif mendampingi mereka melintasi keputusasaan dan memiliki harapan. Di jalan menuju harapan itu, ada tanda-tanda budaya yang terlihat jelas: jalan bersama, bercakap-cakap, tinggal dan makan bersama. Kita mengenal langkah-langkah kebersamaan itu sebagai tanda-tanda budaya keramahtahaman dalam keluarga. Dapat dikatakan bahwa budaya keramahtamahan dalam keluarga membuka ruang kebersamaan untuk melintasi keputusasaan menuju harapan. 

Mengalami pandemi Covid 19 selama beberapa bulan, kita diharuskan untuk melakukan skema belajar, bekerja dan beribadah dari rumah.  Sadar atau tidak, saat ini kita punya banyak waktu bersama keluarga dan menghidupkan budaya keluarga. Menyadari akan kerapuhan dan keterbatasan kita maka nas hari ini mengingatkan kita bahwa berjalan bersama, berbagi cerita dan makan bersama dalam keluarga itu begitu penting. Tuhan Yesus berkenan menjadi sahabat yang menemani kita. Kita diajak untuk memanfaatkan momen bersama keluarga sebagai perjalanan melintasi keputusasaan menuju harapan. Cerita Injil Lukas menunjukkan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dalam tiap-tiap keluarga, yaitu berbagi cerita kehidupan(kecemasan dan keputusasaan), memperoleh wawasan iman dan melakukan ritual jamuan di meja makan keluarga. 

Kita bercerita, mengeluh, bertanya apakah pandemi ini akan cepat berlalu? Bagaimana situasi hari esok dengan melihat hari ini? Kita mulai jenuh dengan keharusan menjaga jarak sosial dan jarak fisik: belajar, bekerja dan beribadah dari rumah. Rentang jarak yang panjang dan lama seringkali membuat kita bingung, cemas dan putus asa atas apa yang kita ketahui, pahami dan lakukan. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa Yesus hadir di tengah situasi keputusasaan para muridNya sebagai orang biasa yang berjalan bersama. Mereka belum mengenalNya  ketika kehadiranNya telah mereka alami. Maka jangan pernah meremehkan mereka yang hadir bersama kita dalam keluarga masing-masing. Tuhan bisa menghadirkan diriNya melalui orang yang kita sudah biasa bersama kita.

Tuhan Yesus hadir sebagai orang yang peduli dan bertanya, yang bercakap-cakap, yang tinggal dan makan bersama. Menghadapi ancaman pandemi Covid-19 kita membutuhkan orang-orang yang menyapa, memotivasi dan mendukung kita untuk tidak putus asa, tetap aktif melakukan upaya terbaik.   Kristus yang bangkit tidak membiarkan kita sendirian menghadapi ancaman pandemic Covid-19. Sebagaimana Ia menemani para murid yang sedang putus asa untuk melintasi keputusasaan menuju harapan. Maka dalam hidup ini, ketakutan dan keputusasaan bukanlah kata akhir.

Kita percaya bahwa manusia dan bumi ini dikasihi Allah. Karya keselamatan dari Allah sudah, sedang dan akan terus berlangsung untuk seluruh dunia. Di dalam Kristus, Allah menghendaki kita berpartisipasi dalam karyaNya dan menikmati janji-janji yang difirmankanNya.

Tuhan tidak akan membiarkan kita dalam kesulitan dan keputusasaan, Ia berkenan menjumpai kita, berjalan bersama kita melintasi keputusasaan menuju harapan. Kita dapat merasakan kehadiran Tuhan yang memberi kekuatan melalui Firman-Nya. 

Situasi kita saat ini ketika kita menemukan diri kita berhadapan dengan ancaman Corona, di tengah kecemasan ekonomi nasional, dan apa yang akan terjadi jika pendemi ini berkepanjangan, Yesus hadir dan bersama-sama dengan kita. Percayalah pada-Nya bahwa Ia akan berada  selamanya dalam persekutuan orang-orang yang beriman. Sebenarnya, ketika Yesus telah menyatakan diri maka mereka yang telah pindah dari Yerusalem ke Emaus dimungkinkan untuk melakukan perjalanan balik, dari Emaus ke Yerusalem. Panggilan pagi kebangkitan bukan untuk pindah dari Yerusalem ke Emaus tetapi panggilan untuk membalikkan arah perjalanan, dari Emaus ke Yerusalem. Dari perjalanan keputusasaan ke perjalanan harapan. Saya bisa membayangkan percakapan yang Kleopas dan temannya lakukan dalam perjalanan mereka kembali ke Yerusalem. Itu bukan lagi percakapan keputusasaan tetapi tentang perayaan yang penuh wawasan iman.

Semoga kita bergabung dalam percakapan ini ketika kita menyatakan bahwa Tuhan benar-benar telah bangkit dan dia memulihkan dan memberi kita hadiah harapan yang dapat kita membagikannya dengan seluruh dunia.

Amin

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan