Tema: Pengajaran Keteladanan

Bahan Kotbah Bulan Pendidikan, Minggu 23 Juli 2023

 Bacaan Alkitab: Titus 2:1-10

Tema: Pengajaran Keteladanan

 Pengantar

Pengajaran dan keteladanan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Pengajaran bukan hanya melalui ucapan, tetapi melalui praktek hidup yang sesuai dengan pengajaran yang diucapkan. Teori dan praktek mesti seimbang. Apalagi manusia lebih mudah belajar dari teladan dibanding teori dan kata-kata nasehat.

Penjelasan Teks

Dalam suratnya kepada Titus, Paulus menyampaikan beberapa hal penting kepada Titus dan para pendengarnya tentang bagaimana kehidupan seorang percaya itu sesuai dengan firman Tuhan dan apa yang diajarkan kepada orang lain. Pertama, untuk Titus sebagai seorang pengajar. Memberitakan apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat (ay. 1). Pada masa itu muncul berbagai macam ajaran yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika. Ajaran yang sehat hanya bisa disampaikan bila berdasarkan firman Tuhan. Pada masa kini pun demikian. Misalnya gaya hidup hedonisme yakni ajaran yang mengedepankan kesenangan atau menikmati hidup dengan berbagai cara tanpa peduli bagaimana keadaan sekitar. Padahal Tuhan memanggil kita untuk hidup berkecukupan dan peduli dengan sesama yang membutuhkan. Kedua, bagi jemaat laki-laki tua. Mereka menjadi pribadi yang hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan ketekunan (ay. 2). Ada seorang pendeta emeritus bernama Pdt. Emr. Nguru Wadu. Usianya kini 83 tahun. Ia benar-benar menjadi contoh bagi para pendeta di klasis Fatuleu Timur. Ia selalu menghabiskan hari-harinya untuk membaca segala macam buku, mengikuti semua ibadah dalam jemaat entah itu ibadah rayon, syukuran dan kategorial termasukan kaum perempuan. Dalam keseharian, ia selalu tekun bekerja di kebun. Jika ia tidak ke kebun atau mengikuti ibadah, itu hanya karena sebuah alasan, beliau sedang sakit. Ketiga, para perempuan tua. Mereka memberi contoh yang baik sebagai seorang ibu rumah tangga. Mendengarkan perkataan suaminya, turut terlibat dalam mendidik anak-anak mereka dan mengasihi suaminya. Teladan itu bukan hanya tentang pekerjaan dan tanggungjawab dalam rumah tangga, tetapi dalam hal iman juga. Ketika seorang perempuan berlaku demikian, firman Allah tidak dihujat orang. Kebiasaan perempuan Yunani kala itu adalah mereka memiliki kebebasan untuk keluar rumah hingga larut malam hanya  untuk sebuah kesenangan. Jika berlaku demikian, maka bagaimana ia mengurus dan membuktikan kasihnya terhadap keluarga? Seorang perempuan tua juga berkewajiban mengajarkan hal-hal yang baik (ay. 3), mendidik para perempuan muda untuk dapat mengikuti cara hidup yang demikian (ay. 4). Keempat, para orang muda mampu untuk menguasai dirinya. Di sini kita berbicara tentang dewasa dalam berpikir dan bertindak sekali pun masih muda supaya tidak ada yang menganggap rendah. Terkadang ada keinginan kuat untuk bersenang-senang dalam kemudaan tanpa berpikir lagi. Selama masih kuat, ini adalah kesempatan untuk berbuat baik atau bekerja supaya dapat menikmati hari tua dengan segala hasil yang dikerjakan pada masa muda. Kelima, bagi mereka yang bekerja pada sesamanya atau menjadi hamba. Berlakulah taat kepada tuannya. Hidup dengan jujur. Perkataan ini mengingatkan pada seorang teman yang memiliki kenderaan pick up. Di rumah dirinya makan dengan susah payah karena harus menyisihkan sebagian uang untuk membayar kredit, mengurus kenderaan  bila ada kerusakan dan kebutuhan keluarga. Di lain pihak, si sopir justru mampu membangun rumah dan setiap hari makan di warung. Sungguh ironis keadaan ini. Bila kita bekerja pada orang, kerjalah dengan jujur, tidak berbuat curang, selalu tulus dan setia.

Aplikasi

Terhadap keempat hal di atas, Titus mau pun kita sebagai orang percaya pada masa kini, terpanggil untuk melakukan beberapa hal. Pertama, bersungguh-sungguh dalam pengajaran. Hidup kita adalah sebuah pengajaran bagi sesama (ay. 7). Mereka belajar dari kita bagaimana hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan. Kedua, tujuan kita melakukan hal pertama adalah supaya lawan atau mereka yang tidak percaya kepada firman Tuhan, tidak mendapat cela untuk membantah pemberitaan yang kita lakukan karena ketidaksesuaian ajaran dan perbuatan hidup. Mereka tidak lagi mendapat kesempatan

untuk menyebarkan hal buruk mengenai kehidupan kita. Ketiga, tujuan kehidupan kita yang telah Allah tebus dan selamatkan dalam diri Yesus Kristus adalah dalam segala hal kita memuliakan nama dan ajaran Allah. Semua perbuatan baik dalam kesungguhan adalah wujud ungkapan syukur karena kasih Allah kepada kita. Hidup kita adalah sebuah pengajaran iman yang memberi teladan supaya melalui kita, semua orang memperoleh keselamatan dan memuliakan Allah. (JP)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan