Bahan Khotbah Bulan Pendidikan, Minggu 30 Juli 2023
Bacaan Alkitab: Amsal 2:1-22
Tema: Pendidikan untuk Memperoleh Hikmat Pengantar
Hasil tidak pernah mengkhianati proses adalah sebuah ungkapan dalam kekayaan khasanah Bahasa Indonesia yang dikembangkan dengan pola sebab-akibat. Hasil merupakan akibat sementara usaha/proses merupakan sebab. Dengan mengoptimalkan usaha/proses maka pencapaian hasil dapat diupayakan sebisa-mungkin sesuai dengan perencanaan yang dirancang.
Pendidikan untuk memperoleh hikmat! Tema ini mengandung pesan yang sangat kuat tentang keterkaitan antara pendidikan dan hikmat. Keterkaitan antara proses dan hasil. Jika memperoleh hikmat diartikan sebagai hasil; maka pendidikan dapat diterjemahkan sebagai proses/jalan untuk menuju hikmat. Hubungan sebab-akibat di antara kedua hal ini menjadikan hikmat menjadi sesuatu yang dapat dipahami dan diejawantahkan dalam bentuk yang lebih konkrit.
Hal yang demikian dalam kehidupan umat percaya dapat dipahami secara tepat hanya melalui penelusuran kitab suci (Alkitab). Alkitab memberi pengajaran tentang proses dan hasil terkait pendidikan dan hikmat ini dengan sebuah penekanan bahwa hikmat yang diperoleh melalui jalan pendidikan tidak lain dan tidak bukan merupakan bagian dari anugerah Allah. “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”. Hikmat yang ingin dicapai melalui pendidikan hanya akan diraih secara tepat apabila diawali dalam iman kepada Tuhan dengan hidup takut kepada Tuhan, Sang Pemberi Hikmat. Amsal 2:6 memberi elobarasi perenungan: “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian”.
Pesan Teks
Ada empat hal penting yang dibutuhkan manusia, seperti diungkapkan oleh Amsal Pasal 2; yakni: hikmat, pengetahuan, kebijaksanaan, dan kepandaian. Perikop kita merincikan empat hal itu sebagai berikut: pertama, hikmat akan masuk ke dalam hati manusia (ayat 9). Kedua, pengetahuan akan menyenangkan jiwa manusia (ayat 9). Ketiga, kebijaksanaan akan memelihara manusia (ayat 10). Keempat, kepandaian akan menjaga manusia (ayat 10).
Hikmat yang akan masuk ke dalam hati manusia mengibaratkan betapa pentingnya hati manusia ditandai dengan beberapa kata kerja yang ada pada ayat-ayat sebelumnya: menerima perkataan, menyimpan perintah, memperhatikan hikmat, mencenderungkan hati, berseru pada pengertian, menujukan suara pada kepandaian, mencari seperti mencari perak dan mengejar seperti mengejar harta terpendam. harta terpendam dalam hati. Hal-hal yang tampak dalam kata-kata kerja ini mengungkapkan sebuah prinsip mendasar yakni untuk mendapat/memperoleh hikmat dibutuhkan sebuah upaya serius dan usaha keras.
Upaya serius dan usaha keras untuk memperoleh hikmat ini dapat diraih dengan mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan bisa berspektrum pada tiga lingkup pendidikan yakni pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (kursus-kursus) dan pendidikan nonformal (pola parenting/keluarga). Tiga spektrum lingkungan pendidikan ini harus dioptimalkan untuk mengejar dan memperoleh hikmat, pengetahuan, kebijaksanaan, dan kepandaian. Pencapaian atas keempat hal tersebut mengibaratkan sebuah keseimbangan antara aspek kognitif (pengetahuan dan kepandaian), psiko-motorik (bertindak bijaksana) dan afektif (hidup berhikmat). Amsal 2:1-22 hendak menegaskan bahwa hikmat mesti membawa manusia pada rasa takut akan Tuhan dan kebenaran. Bahkan rasa takut akan Tuhan tersebut merupakan titik pijak awal dari usaha manusia untuk memperoleh hikmat. Hikmat yang demikian akan melindungi dan menjauhkan manusia dari kecelakaan dan kejahatan. Dengan demikian, hikmat memastikan orang untuk hidup dengan baik dan panjang umur. Pendidikan juga mesti melahirkan manusia yang menyadari bahwa “mendapatkan hikmat, mendapatkan hidup, membenci hikmat, mencintai maut” (Amsal 8:35-36). Pengembangan ilmu dan sains tidak boleh mengancam kehidupan manusia dan alam ciptaan Tuhan.
Alkitab melalui penulis kitab Amsal memberi penekanan serius pada aspek output (hasil) dan outcome (dampak) dari proses pendidikan yang dilalui. Hasil yang ingin dicapai adalah aspek kognitif berbentuk pengetahuan dan kepandaian (ayat 6); sementara dampak yang ingin dicapai adalah bentuk psikomotorik dalam tindakan bijaksana (ayat 10-11) dan kepekaan afektif dalam hidup yang berhikmat (ayat 1-4). Dengan meraih kedua hal ini maka kehidupan seseorang akan dijaga dari berbagai dampak negatif (kejahatan/ayat 12-22). Berangkat dari pentingnya nilai pendidikan dalam usaha untuk
memperoleh hikmat, nasihat penulis Amsal ini penting untuk diperhatikan: “Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan orang-orang benar” (ayat 20).
Aplikasi
Pendidikan (formal, informal maupun nonformal) yang diselenggarakan dengan tujuan memperoleh hikmat harus diletakkan dalam kerangka takut akan Tuhan. Pengetahuan, kepandaian, kebijaksanaan dan hikmat akan menjadi hal yang menopang kehidupan manusia apabila iman kepada Tuhan yang menjadi dasarnya. Pendidikan, dalam bidang apa pun haruslah diawali dengan takut akan Tuhan. Pendidikan dalam konteks yang demikian mengantar pada tujuan seperti yang ada dalam Amsal 2:5 “maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan”.
Ada sebuah ungkapan bijaksana: “Berilmu tanpa beriman itu rapuh, beriman tanpa berilmu itu buta”. Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya keseimbangan antara memiliki ilmu dan memiliki iman, pentingnya menghindari kepongahan/kesombongan (ilmu tanpa iman) dan menghindari fanatisme beragama (beriman tanpa berilmu). Dalam ungkapan Alkitab: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan!
- Kemajuan dalam berbagai bidang hidup, membawa dampak postitif tetapi jika tidak dikelolah dengan baik akan berdampak negative yaitu menjauhkan manusia dari Allah. Kemajuan Iptek seringkali menempatkan manusia sebagai subyek utama, karena mengandalkan daya pikir dan penguasaan teknologi. Kecenderungan seperti ini dapat membuat manusia mengabaikan hubungan dengan
- Amsal 2:1-22 hendak menegaskan bahwa hikmat mesti membawa manusia pada rasa takut akan Tuhan dan kebenaran. Hikmat melindungi dan menjauhkan manusia dari kecelakaan dan Dengan demikian hikmat memastikan orang untuk hidup dengan baik dan panjang umur. Pendidikan juga mesti melahirkan manusia yang menyadari bahwa “mendapatkan hikmat, mendapatkan hidup, membenci hikmat, mencintai maut” (Amsal 8:35-36). Pengembangan ilmu pengetahuan tidak boleh mengancam kehidupan manusia dan alam ciptaan Tuhan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat mengharuskan kita untuk siap menghadapi perubahan dunia terutama dalam bidang pendidikan. Sehebat apapun perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan harus tetap berpusat pada manusia yang memiliki spiritualitas atau ketergantungan pada Allah. Prinsipnya adalah segala sesuatu, termasuk teknologi dan ilmu pengetahuan berasal dari Allah maka mesti dipakai untuk kemuliaan Allah dan keberlangsungan kehidupan.