Tema: Memberi Diri Untuk Diproses Tuhan Pengantar

Bahan Kotbah Bulan Pendidikan, Minggu 9 Juli 2023

Bacaan Alkitab: Yeremia 18:1-12

Tema: Memberi Diri Untuk Diproses Tuhan Pengantar

Belajar adalah aktivitas kehidupan yang dapat dilakukan setiap saat dan oleh setiap orang. Tidak pernah ada kata berhenti dalam aktivitas belajar selama masih ada kesempatan untuk hidup. Belajar juga bukanlah aktivitas satu kali seumur hidup atau pun kegiatan sewaktu-waktu. Belajar perlu terus dilakukan.

Penjelasan Teks

Dalam bacaan kita saat ini, Tuhan menyuruh Yeremia untuk pergi dan belajar dari pekerjaan seorang tukang periuk. Sambil melihat proses pekerjaan tukang periuk itu, Yeremia juga perlu mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada-nya. Belajar yang dilakukan Yeremia adalah melihat proses dan mendengarkan perkataan Tuhan. Ada satu hal penting dari pelajaran pekerjaan tukang periuk yang perlu diperhatikan, yaitu apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu, rusak, maka tukang periuk itu menghancurkannya kembali menjadi tanah liat dan mengerjakannya ulang menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Mengulang kembali pekerjaannya adalah bagian dari proses pekerjaan tukang periuk jika bentuk awal itu tidak baik, sebagaimana yang diharapkan dan direncanakannya.

Pelajaran dari pekerjaan tukang periuk tersebut mengandung beberapa prinsip penting Allah dalam hidup umat-Nya. Seperti yang dikatakan Tuhan bahwa Ia juga dapat bertindak seperti tukang periuk terhadap umat-Nya. Seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikian kaum Israel di tangan Tuhan (ay 6). Prinsip penting itu adalah pertama, perlu penyerahan diri hanya kepada Allah yang menentukan segala sesuatu tentang kehidupan kita. kedua, jika kita kurang bersungguh-sungguh dalam memberi diri kepada Allah, hal itu menghalangi maksud semula Allah bagi hidup kita. ketiga, kita perlu menyadari bahwa Allah berhak untuk mengubah rencana-Nya atas kehidupan kita. Jika Allah merencanakan kebaikan dan berkat bagi kita tetapi kita memberontak terhadap-Nya, maka Ia akan membentuk kita menjadi periuk untuk dibinasakan (ay 7). Namun di sisi lain, jikalau kita bertobat, Allah akan kembali membentuk kita menjadi perabot untuk kehormatan dan berkat.

Kita menyimak pelajaran dari pekerjaan tukang periuk, tentang bagaimana proses terbentuknya sebuah periuk di tangan penjunannya. Proses itu berlangsung terus menerus, berulang kali dikerjakan dan dibentuk kembali. Dalam bacaan kita digambarkan bahwa tukang periuk itu bekerja dengan pelarikan (memakai dua batu yang berbentuk piringan. Batu di bawah, yang dipukul si tukang periuk itu dikaitkan oleh poros pada batu di atasnya, tempat tanah liat dibentuk) itu berarti proses pembentukan dan pengerjaan yang ketat dan serius, butuh ketelitian dan kesabaran demi mendapatkan hasil yang baik.

Aplikasi

Proses yang baik akan berujung pada hasil yang baik pula. Demikian juga hidup yang lebih baik tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan berproses melalui berbagai pengalaman suka – duka. Banyak hal yang kita alami ikut menempa kita agar menjadi pribadi yang seturut dengan kehendak Allah. Belajar dari seorang tukang periuk, sebagaimana pesan bacaan kita maka proses untuk menjadi sesuatu yang diharapkan harus berlangsung terus menerus bahkan terkadang berulang. Tuhan membentuk umat Israel seperti seorang tukang periuk. Apabila bejana yang sedang dibuatnya itu rusak, maka tukang periuk itu menghancurkannya kembali lalu membentuknya menjadi bejana lain menurut apa yang sesuai dengan harapan. Proses pembentukan itu dijalani dengan serius demi mencapai tujuan Tuhan. Proses yang panjang dan berulang dialami dan dilalui bersama Tuhan, berlangsung dalam genggaman tangan-Nya.

Dalam perayaan bulan pendidikan GMIT saat ini, kita disadarkan bahwa tantangan pendidikan dan pengajaran hari ini adalah orientasi hidup yang serba instan (mudah dan murah). Orang enggan berusaha dengan sungguh-sungguh, dan enggan mengorbankan waktu untuk bekerja dan belajar dengan sungguh-sungguh, melatih tenaga dan pikiran demi mengalami proses yang bertahap menuju kedewasaan dan keahlian hidup yang berkualitas. Banyak kali kita hanya menginginkan hasil yang baik tetapi enggan berproses dengan baik. Padahal proses yang baik akan memberi hasil belajar yang baik.

Proses belajar yang asal-asalan melahirkan generasi yang kurang percaya diri, rapuh, mudah putus asa dan lemah dalam karakter. Kita perlu belajar dengan proses dengan baik. Tantangan pendidikan hari

 

ini perlu menjadi perhatian bersama semua pihak baik keluarga, gereja, sekolah dan masyarakat untuk membangun budaya pendidikan dan pengajaran yang memerdekakan kita dari budaya instan (ingin hasil yang baik tanpa proses yang benar).

Generasi masa depan harus bertumbuh melalui proses belajar yang kreatif, terus menerus dan berulang. Hendaknya setiap proses dimulai dengan penyerahan diri, ketaatan untuk berproses dan kesediaan untuk mengalami jatuh bangun. Kita perlu belajar dari berbagai pengalaman suka maupun duka sehingga bisa berhasil mencapai tujuan Tuhan atas kehidupan kita. Mari belajar memberi diri untuk diproses Tuhan. Hasilnya pasti akan jauh lebih baik dari sebelumnya. (jam)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan