Renungan minggu, 28 Mei 2023
Kisah Para Rasul 2:1-21
Roh Kudus memampukan orang percaya bersaksi
tentang perbuatan Allah dalam beragam bahasa
Tema renungan kita minggu ini:Roh Kudus memampukan orang percaya bersaksi tentang perbuatan Allah dalam beragam bahasa.Tema ini cukup panjang sehingga sulit untuk diingat secara baik.Untuk itu rumusannya disederhanakan sehingga mudah diingat dengan kalimat pendek ini:Pentakosa dan komunikasi.Rumusan ini tidak bermaksud mengubah apa yang sudah ditetapkan oleh gereja tapi hanya semata-mata untuk meringkas tema ini sesuai teks bacaan kita dalam Kisah Para Rasul 2:1-21.
Komunikasi merupakan persoalan utama manusia sepanjang abad.Ada tiga komponen penting dalam komunikasi yaitu:pertama,asal-usulkomunikasi.Kedua,alamat komunikasi dan ketiga amanat komunikasi.Kalau salah satu unsur dari tiga komponen ini tidak ada maka komunikasi tidak akan pernah terjadi atau terjadi tapi berlangsung dalam salah paham.Contoh sederhana adalah bahasa.Supaya komunikasi bisa terjadi maka orang harus berbicara dalam bahasa yang sama.Kalau yang berbicara,memakai bahasa daerah dan yang mendengar tidak mengerti bahasa daerah maka komunikasi tidak akan bisa berjalan atau berjalan tapi dalam kesalah pahaman.
Dalam Kejadian 11 ada cerita mengenai komunikasi yang terganggu diantara manusia yang dulu bahasa dan logatnya satu.Dulu manusia itu satu karena bahasa.Kesatuan itu disimbolkan dengan menara Babel yang puncaknya mencapai langit.Dan ini adalah simbol “falungku” yang diacungkan ke Allah.Allah ditantang manusia lewat menara Babel.Dan Allah menjawab tantangan itu dengan mengacaukan bahasa mereka.Ia membuat manusia tidak mampu lagi berkomunikasi. Ada hambatan komunikasi sehingga menimbulkan kecurigaan.Manusia menjadi ancaman bagi sesama.Ancaman melalui bahasa tapi bisa juga melalui etnis, suku,bangsa, politik dan agama.
Pada hari Pentakosa keragaman bahasa tak lagi menjadi soal dalam komunikasi iman. Pertanyaannya,mengapa?Karena Roh Kudus memampukan para murid menyapa orang-orang Yahudi diperantauan yang berkumpul di Yerusalem dalam bahasa mereka masing-masing.Dalam kisah Pentakosta tak ada bahasa yang unggul sebab Allah yang menciptakan bahasa hadir dan berbicara kepada semua orang.Bahasa tidak lagi menjadi hambatan komunikasi karena Roh Kudus menyapa orang-orang dalam bahasa mereka masing-masing.Inilah prinsip utama komunikasi: menyapa orang dalam situasi dan kondisinya masing-masing.Komunikasi tidak hanya menyangkut pikiran tapi juga perasaan.Komunikasi tidak lagi hanya dipahami sebagai komunikasi otak tapi komunikasi hati.Inti dari komunikasi adalah komunikasi dari hati ke hati.Dalam Kidung Jemaat 233:2,Subronto Kusumo Atmodjo dengan tepat menyairkannya:“Syukur pada-Mu,Roh Kudus, yang sudah memberi bahasa dunia baru yang sempurna dan suci”. Apa itu bahasa dunia baru? Bahasa dunia baru adalah bahasa kasih.Dampak dari bahasa kasih seperti yang diungkapkan dalam ay 13 teks ini bahwa ketika orang-orang mengolok murid-murid karena dikira mereka mabuk oleh anggur namun Petrus tidak tergoda untuk marah,mengangkat pedang dan menghabisi mereka. Petrus juga tidak merasa minder.Tetapi dengan penuh percaya diri karena urapan kuasa Roh Kudus ia berkhotbah.Ini perubahan radikal,sebab sebelumnya karakter Petrus adalah pribadi yang cepat naik darah sekaligus penakut.
Pada hari Pentakosta,Roh Kudus menolong Petrus untuk tidak lagi terikat pada perasaan marah maupun takut.Dia menjadi manusia yang dibaharui sehingga mampu menerima olokan dan ejekan dari orang-orang yang mengolok dan mengejek dengan hati dingin karena mereka tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi.Khotbahnya pun terstruktur dan mudah dipahami oleh orang-orang yang berkumpul di Yerusalem.Tidak hanya itu orang-orang itu diminta untuk bertobat dan menyerahkan diri lalu dibaptis dalam nama Yesus sehingga jumlah orang percaya bertambah tiga ribu orang pada hari itu (ay 41).Roh Kudus menolong Petrus untuk berkomunikasi dan mengkomunikasikan apa yang sedang terjadi dalam diri para murid.Petrus dalam khotbahnya mengutip Yoel 2:28-29 seperti dalam penggalan kalimat teks ini:Akan tetapi …bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia …”(ay 17b).Dalam seluruh Perjanjian Baru,hanya di sinilah kitab Yoel dikutip.Fakta ini menjadi bukti dari karya Roh Kudus. Apa yang dinubuatkan dalam kitab Yoel digenapi dalam peristiwa Pentakosta di Yerusalem.
Pentakosta dalam Perjanjian Lama adalah perayaan yang jatuh pada hari ke lima puluh sesudah Paskah.Paskah Israel dirayakan untuk memperingati keluarnya bangsa itu dari perbudakan di Mesir.Ada dua hal yang dirayakan umat Israel pada hari Pentakosta yaitu: pertama, kebaikan Allah karena panen gandum dan anggur berhasil dan kedua, pemberian hukum Taurat kepada Musa.Dalam Perjanjian Baru perayaan Pentakosta bertepatan dengan lima puluh hari sesudah kebangkitan Yesus.Perayaan Pentakosta merupakan suatu kejadian yang luar biasa yakni pemberian kuasa Allah bagi murid-murid secara khusus dan juga bagi Gereja serta orang percaya secara umum.Peristiwa Pentakosta menjadi tanda dimulainya babak baru bagi misi Allah. Turunnya Roh Kudus menjadi awal dari sejarah Gereja.Gereja harus memiliki semangat untuk saling menguatkan sebab Roh Kudus selalu menyertainya.Gereja yang tidak dipenuhi Roh Kudus tidak dapat disebut sebagai Gereja.Tanda-tanda Gereja yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan senantiasa menyatakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar dan bukan perbuatan diri sendiri. Hanya dengan begitu Gereja menjadi alat Tuhan bagi dunia.Gereja harus dinamis dan terus bergerak menuju perubahan dunia.
Gereja juga perlu tanggap dan kritis terhadap perkembangan situasi zaman.Situasi politik, keamanan,lingkungan hidup dan keuangan dan sebagainya.Momentum perayaan hari raya Pentakosta sebagai peristiwa iman supaya benar-benar direnungkan maknanya dalam hubungan dengan komunikasi politik di kalangan elit politik kita dalam menyambut pesta demokrasi di negeri ini tahun ini dan tahun depan.Dalam konteks komunikasi politik di kalangan elit politik sering kali kita saksikan bahwa mereka tidak mampu mengelola perbedaan agama dan suku serta idiologi partai yang sangat beragam sejak gerakan reformasi tahun 1998.Komunikasi politik yang diperankan sebagian elit politik kita justru memanfaatkan perbedaan agama,suku serta idiologi politik sebagai komoditas politik murahan dalam bentuk penguatan identitas politik keagamaan dan kesukuan serta kepartaian.Kita tidak mungkin menafikkan penguatan identitas politik tetapi penguatan itu seharusnya mampu keluar dari watak identitas politik keagamaan dan kesukuan masyarakat monarki dan feodal pasca perang dunia kedua.Watak politik keagamaan dan kesukuan masyarakat monarki dan feodal serta identitas kepertaian selalu memosisikan orang lain semata-mata musuh yang harus dibinasakan.Sebagai akibatnya identitas politik dan politik identitas menjadi penyakit sosial yang merusak relasi-relasi sosial antar sesama anak bangsa yang memiliki latar belakang suku dan agama yang majemuk.Untuk dapat memelihara wajah ke-Indonesia-an yang serba majemuk dibutuhkan kearifan komunikasi politik yang saling menyambung rasa dan hidup manusiawi di mana martbat manusia sebagai gambar Allah menjadi kriteria berpolitik.
Dalam Gereja tahun ini juga ada pergantian presbiter sekaligus kepemimpinan dalam berbagai lingkup pelayanan.Hendaknya kita mewaspadai sikap-sikap yang mendorong anggota jemaat untuk kepentingan sesaat melalui dukungan bakal calon dan calon pemimpin yang hanya akan memecah belah persekutuan Gereja sebagai tubuh Kristus.Mari berdoa sungguh-sungguh agar Roh Kudus bekerja dan menolong kita untuk terhindar dari berbagai motivasi dan kepentingan sesaat yang merusak kepentingan bersama sebagai Gereja Tuhan.
Sekarang kita berada dalam era informasi.Berbagai alat canggih membuat kita bisa berkomunikasi ke mana saja di seluruh dunia ini.Berita-berita termasuk berita Injil mudah disebar-luaskan.Melalui media sosial dan media elektronik Injil bisa menjangkau semua orang di seluruh dunia.Apa yang terjadi di sini,dalam waktu yang sangat singkat sudah dapat diketahui di bagian lain dunia ini.Sungguh ini merupakan berkat yang tidak ternilai harganya.Namun makin canggihnya alat-alat komunikasi tidak dengan sendirinya berarti sudah tercapai saling pengertian di antara manusia.Tidak dengan sendirinya kita berada dalam persepsi yang sama terhadap persoalan-persoalan kemanusian dan terhindar dari salah paham, kendati kita memakai bahasa dan kata yang sama.Ternyata bahasa kita masih belum dibebaskan dari berbagai beban yang tidak perlu.Beban politik dan beban kepentingan lainnya.Kalau Roh Kudus adalah Roh Pembebas, mestinya juga komunikasi kita dibebaskan dari beban-beban itu.Pada perayaan Pentakosta kali ini kita semua dipanggil,untuk lebih terbuka,lebih transparan dan lebih jujur satu sama lain dalam berkomunikasi.
Kita adalah orang-orang yang telah menerima Roh Kudus.Dengan kuasa itu,kita melaksanakan tugas Gereja yang sangat penting yaitu memberitakan Injil.Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam memberitakan Injil.Tetapi dengan kuasa Roh Kudus, kita akan dimampukan untuk menghadapi semua rintangan yang terjadi.Roh Kudus adalah Roh kebenaran yang akan menyatakan kebenaran tentang Allah.Roh Kudus memampukan Petrus dan Gereja juga pribadi orang percaya untuk mengkomunikasikan kebenaran Allah.Karena itu penting sekali kita dibimbing oleh Roh Kudus. Dibimbing oleh Roh Kudus berarti menjadikan Roh Kudus sebagai pusat kehidupan.Ketika kita memusatkan diri pada Roh Kudus kita akan dibebaskan dari roh perbudakan yang menyebabkan kita merasa takut.Ketakutan hanyalah manifestasi dari ketiadaan pimpinan Roh Kudus.Kita semua berasal dari berbagai latar belakang:suku,etnis,golongan,tetapi dipersatukan didalam Roh yang sama:Roh Kudus,Roh Kristus,Roh Allah.Tuhan Yesus memberkati kita semua dengan firman-Nya. Salom!