“Persembahan Yang Harum”
Kejadian 8:15-22
Pengantar
Hari Pentakosta bagi orang Israel adalah hari raya pengucapan syukur atas hasil panen. Hari raya ini dirayakan pada tujuh minggu setelah hari paskah (perayaan pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir). Pada hari pentakosta, orang Israel mempersembahkan ‘hasil pertama bumi’ sehingga disebut ‘buah-buah pertama.’ Dalam tradisi bergereja di GMIT, persembahan ini disebut hulu hasil yang dibawa kepada Tuhan dalam kebaktian syukur Pentakosta yang dirayakan setiap tahun.
Penjelasan Teks
Setelah Nuh dan keluarganya diselamatkan dari air bah, mereka mempersembahkan korban syukur kepada Tuhan. Suatu teladan iman yang ditunjukkan oleh Nuh. Nuh mendirikan mezbah dan memberikan persembahan korban bakaran. Niat untuk memberi persembahan merupakan inisiatif pribadi dari Nuh. Hal itu menunjukkan hubungan pribadi yang akrab di antara Nuh dengan Tuhan (Baca Kejadian 6:9). Tuhan mencium aroma harum dari persembahan Nuh, ketika kurban berupa binatang yang tidak haram dibakar di atas mezbah. Dalam hal ini Nuh mempraktekkan tradisi persembahan yang bertujuan untuk memelihara, memulihkan serta merayakan hubungan antara manusia dengan Allah, sebagai sang Sumber atau Pemberi segala sesuatu yang terbaik. Tujuan utama kurban persembahan Nuh, yaitu untuk menyenangkan hati Allah dengan cara memberikan yang terbaik. Persembahan yang harum menjadi tanda iman yang lahir dari perasaan tulus dan syukur. Atas kasih Tuhan yang diberikan bagi Nuh, Tuhan berjanji kepadaNya dan kepada semua manusia bahwa tidak ada lagi kutukan atas manusia dan bumi yang didiami (ay.21-22). Hal ini menununjukan betapa Allah Maha kasih. Ia tidak membiarkan umatNya terus ada dalam penghukuman. Namun tentu disini juga mengandung pengajaran bahwa walaupun Tuhan telah berjanji untuk tidak menghukum bumi lagi, itu bukan berarti manusia bebas berbuat apa saja. Tetapi dalam percaya pada janji Allah itu, manusia mensyukuri dengan melalukan segala sesuatu seturut dengan kehendakNya.
Dalam bacaan ini juga diejaslakan Tuhan mengatur semua musim kehidupan di bumi sehingga terus terjadi: [1] musim menabur dan menuai, [2] musim dingin dan panas, [3] kemarau dan hujan, [4] siang dan malam. Perubahan musim ini adalah tanda kasih Tuhan yang memungkinkan manusia bekerja, berkarya, serta menikmati hasil kerja di tengah alam semesta dengan penuh syukur, pada masa yang ditentukan Tuhan.
Aplikasi
Belajar dari perenungan Firman Tuhan, ada dua hal yang perlu kita renungkan: Pertama, Kita bersukacita ketika panen melimpah, namun ada juga masa di mana manusia menjadi putus asa karena kegagalan dan harapan yang tidak sesuai kenyataan. Di atas kenyataan apa pun, pengucapan syukur menjadi bukti iman kepada Allah bahwa manusia dan alam semesta diciptakan dan dirawat oleh kasih Allah. Dalam syukur Pentakosta kita diingatkan untuk mewujudkan tanggung jawab iman untuk selalu bersyukur dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan oleh kasih Allah kepada kita, kepada segala bangsa dan kepada alam semesta yang dikasihi dan dipelihara oleh Allah. Kita membawa persembahan syukur dengan tulus sebagai tanda pengakuan bahwa Allah telah memelihara kita dengan setia dalam setiap musim kehidupan. Kedua, teruslah berkarya dalam setiap musim kehidupan. Menanam, menabur, menuai dalam kesempatan yang Allah berikan sebagai wujud syukur atas segala yang diberikan kepada kita. AMIN