“Ia Mendahului Kamu ke Galilea; Jangan Takut” Renungan Paskah

Ia Mendahului Kamu ke Galilea; Jangan Takut”

MATIUS 28:1-10

Pengantar

Rasa takut adalah sesuatu yang manusiawi. Manusia takut akan banyak hal. Dari banyak ketakutan, kehilangan sesuatu yang berharga merupakan rasa takut yang terbesar dalam diri seseorang. Apalagi jika kehilangan itu terkait kematian seseorang yang sangat dikasihi, dihormati dan menjadi panutan. Kematian menjadi fakta yang tidak terelakkan dari kehidupan. Kematian menjadi pembatas kontak dan relasi indrawi seseorang dengan mereka yang telah meninggal. Kematian memadamkan segala macam cahaya relasi indrawi manusia. Berada dalam suasana duka karena kematian, umumnya manusia akan menjadi rapuh. Pada konteks yang rapuh, kabar kemenangan diperdengarkan bagi manusia: “Jangan takut”. Manusia diminta jangan takut karena ia beriman kepada Allah yang hidup dan berkemenangan. “Ia mendahului kamu ke Galilea” menjadi jaminan bahwa Kristus yang bangkit itu mendahului segala fakta dan situasi hidup yang dialami manusia. Ia mengetahui setiap situasi hidup manusia; pergumulan, rencana maupun masa depannya.

Penjelasan Teks

Kisah kematian Yesus Kristus sebagai manusia memberi perspektif iman yang baru tentang bagaimana kematian Kristus menjadi jalan untuk masuk ke dalam cahaya abadi; yakni kebangkitan-Nya. Kematian Kristus memberi kekuatan untuk beriman akan kebangkitan-Nya. Kebangkitan Kristus memberi keyakinan dan keberanian untuk percaya bahwa kematian sudah ditaklukkan Kristus. Ia telah menaklukkan ketakutan terbesar dalam kehidupan manusia. Kebangkitan Kristus membuka dan memungkinkan ruang relasi manusia yang tercerahkan dengan Sang Pencipta. Kepada para perempuan pengikut Kristus yakni Maria Magdalena dan Maria yang lainnya (ayat 5), berita kebangkitan Kristus disampaikan oleh malaikat Tuhan. Mereka menerima kabar yang membangkitkan pengharapan dan melenyapkan ketakutan. “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya” (ayat 5-6). Hal ini memberi kepastian iman bahwa apa yang dijanjikan Tuhan akan digenapi-Nya; apa yang dikatakan Tuhan akan dilakukan-Nya. Menarik untuk memperhatikan bagaimana respon para perempuan yang menerima berita kebangkitan Kristus. “Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya” (ayat 9). Mendekati, memeluk kaki Kristus dan menyembah-Nya adalah bentuk refleks para perempuan yang menerima berita tentang kebangkitan Kristus. Kebangkitan Sang Guru Agung memberi keyakinan kepada para perempuan untuk menyembah Kristus dalam keutuhan kehidupannya. Respon yang ditunjukkan oleh para perempuan diikuti dengan perintah Tuhan dalam dua kata kerja operasional yakni “pergi” dan “katakan” (ayat 10). Setelah menerima kabar kebangkitan Kristus, para perempuan diperintahkan untuk memberitakan kabar tersebut kepada saudara-saudara yang lain.

Di sini terletak dua aspek utama dari berita kebangkitan Kristus yakni aspek iman/ortodoksi (meyakini kebangkitan-Nya yang melenyapkan ketakutan) dan aspek tindakan/ortopraksis (memberitakan dan membagikan kabar kebangkitan Kristus kepada orang lain). Terkandung pengertian di dalamnya yakni mereka yang merayakan kebangkitan Kristus adalah mereka yang akan memberitakan kebangkitan Kristus yang melenyapkan ketakutan tersebut. Tanpa komitmen untuk berbagi kabar baik tentang kebangkitan Kristus tersebut dengan sesama, maka kita akan kehilangan makna yang paling mendalam dari berita tentang kebangkitan Kristus yang mengalahkan kematian tersebut.

Aplikasi

Kebangkitan Kristus melenyapkan ketakutan yang dimiliki manusia. Kebangkitan Kristus memungkinkan manusia untuk berani percaya dan beriman bahwa apa yang dijanjikan Allah akan digenapi-Nya; apa yang dikatakan Allah akan dilakukan-Nya. Janji setia Allah adalah Ia senantiasa menyertai manusia (kita) di sepanjang perjalanan mengarungi kehidupan. Berbagai tantangan, berbagai krisis, persoalan ekonomi, persoalan-persoalan keluarga, bencana alam, bencana sosial, atau yang lainnya menjadi sumber kebisingan di sekitar kita, menjelma dalam bentuk berbagai kegentaran tersebut mungkin menjadi hal yang kita hadapi saat mengarungi kehidupan. Jika kematian telah ditaklukkan Kristus dalam kebangkitan-Nya, maka kita boleh memiliki jaminan percaya bahwa Ia akan menolong kita dalam mengatasi berbagai krisis dalam kehidupan kita. Iman akan kebangkitan Kristus melenyapkan ketakutan. Berita kebangkitan Kristus yang melenyapkan ketakutan tersebut adalah kabar yang harus diberitakan dalam kehidupan kita. Kita memberitakannya melalui sikap hidup yang membangkitkan pengharapan dan melenyapkan ketakutan. Sikap optimistis akan penyertaan Allah yang telah bangkit itu dan rasa bahagia untuk berbagi kabar baik itu dengan sesama adalah cara kita bersyukur atas kebangkitan Kristus. Seperti para perempuan pengikut Kristus yang mengalami hal tersebut; biarlah kita pun mengalami hal yang sama dalam kehidupan kita. Paskah adalah Peristiwa kebangkitan/kemenangan Kristus atas kuasa maut (kuasa kegelapan). Peristiwa Paskah sesungguhnya membebaskan manusia dari segala ketakutan, kekuatiran dan frustrasi, sebab maut sudah di kalahkan oleh kebangkitan Kristus (I Kristus 15:55 dan 57). Yesus yang bangkit dari kematian, memulihkan iman murid-murid-Nya. Seperti kesaksian Injil Matius”: “Dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea”. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangalah takut” (Matius 28:7 dan 10). Dalam konteks itu, perayaan Paskah umat Kristiani memberikan kekuatan dan harapan bagi umat manusia untuk bangkit dari keterpurukan dan penderitaan. Sehingga kita memiliki optimisme menjalani hari-hari kedepan bersama Kristus yang bangkit. Selamat Paskah saudaraku, selamat Paskah gerejaku, selamat paskah untuk dunia. AMIN

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan