Bahan Kotbah Kebaktian Minggu,
Bulan Kebangsaan, 20 Agustus 2023
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 2:11–17
Tema: HIDUP SEBAGAI HAMBA ALLAH
Pengantar
Negara merupakan alat kesejahhteraan bagi seluruh warga negara. Pemerintah sebagai alat negara memiliki kekuasaan untuk mengelola negara demi kesejahteraan seluruh rakyat. Ketaatan kepada Allah tidak boleh dipertentangkan dengan kewajiban hidup sebagai warga Negara yang baik karena karya Allah harus disaksikan dalam semua bidang kehidupan sebagai hamba Allah. Hamba Allah dituntut untuk menyaksikan karya Allah dalam kehidupan bernegara. Siapa itu hamba Allah? Dari fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa orang yang bisa disebut hamba Allah itu bukan hanya orang-orang tertentu yang memiliki jabatan sebagai pendeta penatua, diaken, pengajar, nabi/rasul dan yang lainnya, melainkan semua umat manusia yang diciptakan oleh Allah, termasuk kita semua.
Penjelasan Teks
Penulis surat Petrus memberi pengajaran kepada jemaat Kristen yang tersebar di Asia kecil (Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil dan Bitinia). Dalam pengajarannya ia menguatkan umat bahwa mereka akan menanggung penderitaan, tetapi dalam penderitaan itu mereka jangan kehilangan iman dan pengharapan. Wujudnya adalah mereka tetap menunjukan ketaatan dalam hidup sebagai hamba Allah. Jika demikian bagaimana hidup sebagai hamba Allah? Dari teks ini kita akan belajar bersama. Ay. 11 : Petrus mengatakan bahwa mereka mesti menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan “jiwa”. Dalam Perjanjian Baru keinginan daging adalah hawa nafsu manusia yang muncul dari hati nurani yang dikuasai sepenuhnya oleh dosa (bnd. Galatia 5:19-21). Dalam diri manusia ada keinginan untuk berbuat baik. Perjanjian Baru dalam bahasa Kupang menyebut “.. kepingin bikin bae …”. Dalam bahasa Timor “… lomif he nmoe’ leko …” (kehendak untuk berbuat baik). Teks Yunani memakai kata yang berarti jiwa, tetapi PB bahasa Timor, mengikuti bahasa Kupang, menerjemahkan dengan “lomif he nmoe’ leko artinya: kehendak untuk berbuat baik.” Jadi yang dimaksud keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” adalah keinginan-keinginan jahat berperang melawan kehendak untuk berbuat baik.
Artinya orang percaya jangan menurut tetapi menjauhkan diri dari keinginan jahat, dan hidup mengikuti kehendak Roh Kudus yang bekerja dalam hati manusia. Dengan demikian orang percaya memiliki cara hidup yang baik dengan perbuatan-perbuatan yang baik pula (ayat 12).
Ay. 12: hidup sebagai hamba Allah nampak dalam cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi. Tujuannya jelas, supaya orang-orang yang sering memfitnah mereka melihat perbuatan mereka dan sadar akan kepicikannya. Apa maksud cara hidup baik dalam teks ini? Tentu saja cara hidup yang penuh kasih yang nampak dalam tindakan tetap menghormati, mengampuni, dan kesungguhan mengasihi tanpa pamrih. Mengapa cara hidup penuh kasih perlu terus ditunjukkan? Petrus memberi alasan bahwa mereka telah ditebus dengan darah Yesus yang mahal (1 Petrus 1:18). Hidup mereka berharga karena kasih dan pengorbanan Yesus, karena itu teladan hidup Yesus, mesti menjadi pedoman hidup mereka. William Barclay menyebutkan sejumlah fitnahan yang diberikan kepada orang-orang Kristen pada zaman itu antara lain:
- Kanibal, karena makan daging/tubuh Yesus dalam Perjamuan Kudus.
- Ketidakbermoralan,
- Merusak perdagangan, seperti dalam Kis. 19:21-40.
- Merusak rumah tangga, karena sering rumah tangga pecah karena sebagian menjadi Kristen dan sebagian tidak.(Mat10:34-36).
- Tidak setia/berkhianat kepada kaisar, karena mereka tidak mau menyembah kaisar/ mengakui kaisar sebagai Tuhan. (Kis 17:7b).
Tentu saja, orang percaya bisa membantah dan melawan fitnah ini, dengan berbagai cara. Tetapi Petrus menjelaskan bahwa dengan hidup penuh kasih maka pada akhirnya akan menjadi sebuah sanggahan atas fitnahan (2:15) dari orang-orang dan yang kelak akan mendatangkan kemuliaan Allah. (1 Petrus 2:12). Pilihan cara orang percaya menghadapi fitnah yaitu dengan tetap memiliki cara hidup baik.
Ay. 13. Peringatan hidup sebagai hamba Allah nyata juga dalam tindakan menjadi warga negara yang baik. Caranya adalah tunduk karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Alasan ketundukan orang Kristen pada lembaga manusia atau pemerintah adalah karena Tuhan memerintahkan pada mereka untuk tunduk kepada pemerintah yang ditetapkan oleh-Nya. John Calvin berkata, “Ketaatan harus diberikan kepada semua yang memerintah, karena mereka telah diangkat pada kehormatan itu bukan karena kebetulan, tetapi oleh providensia Allah.
Seorang Kristen adalah warga yang taat hukum, cermat dan penuh disiplin diri. Pengajaran ini dapat dibandingkan dengan ajaran Paulus di Roma 13:1-7 dan Titus 3:1-2. Tentu saja perintah ini tidak berarti seorang Kristen harus menyetujui kejahatan. Kata-kata Petrus sendiri kepada Sanhedrin menunjukkan kenyataan tersebut: “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang lebih baik: taat kepada kamu atau taat kepada Allah” (Kis. 4:19). Itu berarti makna tunduk bukan berarti meniadakan kekritisan tetapi mengutamakan kehendak Allah dengan tetap menunjukkan sikap menghormati.
Ay.16:Hamba Allah adalah hamba yang telah dimerdekakan. Mereka dimerdekaan dari dosa untuk hidup taat kepada Allah. Kemerdekaan bukan berarti bebas tanpa batasan, tanpa aturan, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab.
Ayat 17: Petrus mengakhiri ajakan dengan tiga kata penting, Hormatilah … kasihilah … takutlah. Kata yang diterjemahkan untuk hormatilah terkait dengan kata “mahal” dan menunjukkan penghargaan tinggi orang Kristen terhadap kepribadian seseorang. Kata untuk kasihilah menunjuk kepada kasih ilahi, agape, dari I Korintus 13. Dengan kasih inilah Kristus menantang Petrus dua kali dalam Yohanes
21:15-16, yang oleh Petrus secara jujur dijawab dengan: “Aku mengasihi (Yunani, philo, “kasih secara manusiawi”) Engkau.” Sedangkan kata takutlah berhubungan dengan kata tunduk dalam kasih dan penuh hormat.
Aplikasi:
Nasehat surat Petrus kepada jemaat mendorong kita agar hidup sebagai hamba Allah di tengah pergumulan hidup di dunia. Perjuangan untuk tetap menunjukkan kebaikan akan selalu mendapat tantangan berhadapan dengan keinginan-keinginan daging yang merugikan, namun seorang hamba Allah akan terus berjuang dalam tuntunan Roh Kudus.
Dalam hidup ini juga, hamba Allah diberkati dengan berbagai kemampuan untuk berbuat kebaikan bagi sesama dan bagi lingkungan sekitar dengan berbagai hal yang mendatangkan kebaikan. Ketekunan bekerja, kedisplinan hidup, dan kesetiaan kepada pemerintah dan kepada semua pihak yang memiliki kuasa untuk mengelola kehidupan bernegara demi kesejahteraan bersama.