Selasa, 16 Agustus 2022
Pengantar Kitab Nehemia
Penulis kitab ini kemungkinan Ezra dibantu Nehemia sekitar tahun 430-420 sM. Temanya adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem. Kitab ini ditulis ketika orang buangan Yehuda di Babel dan Persia diizinkan kembali ke Yehuda. Nehemia memimpin rombongan terakhir yang kembali ke Yerusalem.
Nehemia melayani sebagai juru minuman Artahsasta I (raja Persia) ketika ia menerima kabar bahwa orang buangan yang kembali ke Yehuda kesulitan dan tembok Yerusalem masih berupa puing. Tahun 445 sM, Nehemia diberi kuasa oleh Raja Artahsasta untuk pergi ke Yerusalem sebagai gubernur dan membangun tembok Yerusalem selama 52 hari. Nehemia jadi gubernur selama 12 tahun, dan tahun 433 sM ia kembali beberapa waktu ke Persia, lalu pergi lagi ke Yehuda dan bersama Ezra menata pemerintahan dan kerohanian orang Yehuda. Kesesuaian kitab Nehemia dengan sejarah diperkuat oleh aneka dokumen kuno Elephantine Papyri yang ditemukan tahun 1903, yang menyebut nama Sanbalat (Neh.2:19), Yohanan (Neh.12:23), dan penggantian Nehemia sebagai gubernur sekitar tahun 410 sM.
BAHAN BACAAN : NEHEMIA 2 : 1 – 10
Pendahuluan
Mengasihi Tuhan mesti ditunjukkan dengan hidup yang bergantung sepenuhnya dan kesediaan untuk melepaskan segala sesuatu untuk melayani Tuhan. Dengan begitu maka pekerjaan Tuhan dimungkinkan dilakukan, nama Tuhan dimuliakan melalui kerja baik kita.
Pendalaman Teks
Ay.1, bulan Nisan adalan bulan Maret-April. Sebagai juru minum raja, Nehemia hadir dalam jamuan raja.
Ay.4 menunjukkan bahwa Nehemia adalah orang yang banyak berdoa. Saat menerima kabar buruk, ia berdoa (Neh.1:5-11). Saat berhadapan dengan raja, (ay. 4), ia juga berdoa. Doa singkat antara pertanyaan raja dan jawabannya. Nehemia yang berdoa pada setiap keadaan menunjukkan betapa seringnya ia berdoa sehingga doa menjadi semacam ‘gerak reflex’ baginya maka dalam keadaan apapun ia berdoa.
Ay.5 menunjukkan bahwa Nehemia mengutamakan Tuhan dan menomerduakan jabatannya. Iapun menawarkan dirinya sendiri untuk melakukan pekerjaan bagi Tuhan.
Ay.7-9, Nehemia juga menggunakan otoritas dari raja artinya ia menggunakan segala jaringan dan fasilitas kepentingan Tuhan dan umat Tuhan.
Dari teks ini, renungan yang dapat dikembangkan dan diajarkan antara lain:
- Doa Setiap Waktu dan Keadaan
Setiap kali berdoa, bukan masalah panjang atau singkat doa karena pengabulan doa tergantung pada hati yang berserah, mengasihi Tuhan dan mau bersekutu dengan Tuhan. Seberapa sering seseorang berdoa ditandai dengan apa yang menjadi ‘gerak reflex’ mulutnya yakni doa atau umpatan.
- Melayani dengan Pengorbanan
Nehemia adalah orang yang mencari, bukan menunggu pelayanan. Saat mendapatkan kabar tentang pekerjaan pembangunaan tembok Yerusalem yang tersendat, ia mengajukan dirinya sendiri untuk melakukan pekerjaan itu. Pekerjaan yang tidak mudah karena tantangan yang berat namun ia mampu melakukannya dalam waktu yang sangat singkat yakni 52 hari saja. Walau untuk pekerjaan itu, ia mengorbankan jabatannya dan hidup yang nyaman di Persia. Sering kita mau melayani namun enggan bekerja keras, apalagi kalau harus mengorbankan kehidupan kita.
- Kerja Cerdas, Terencana, Cepat dan Tuntas
Prinsip kerja cerdas, terencana, cepat dan tuntas diusung oleh Nehemia dalam melakukan pekerjaan pembangunan tembok Yerusalem. Ia mengajukan dirinya untuk memikul tanggung jawab pelayanan, ia menggunakan segala jaringan dan fasilitas terbaik untuk mendukung pekerjaan bagi Tuhan. Untuk itu jaringan raja dan fasilitas raja ia gunakan. Ia tak segan meminta bantuan raja untuk menyokong pekerjaan pembangunan dan ia mengimani hal itu sebagai bentuk kemurahan Allah yang membuat raja bermurah hati kepadanya (ay.8). Ia juga merencanakan pekerjaannya dengan baik. Ini terlihat dari ay 7-8 pada waktu raja bertanya tentang apa yang ia inginkan (ay 4), ia sudah siap dengan jawabannya. Jelas bahwa semua ini sudah lama ia rencanakan. Ia juga memiliki kemampuan diplomasi sehingga waktu raja bertanya tentang kesedihannya, maka ia menjawab tanpa menyebut-nyebut tentang agamanya, Bait Allah dsb, karena ia tahu hal itu tidak akan menyentuh hati raja karena raja adalah orang kafir maka ia menyebut tentang kuburan nenek moyang (ay 3), karena ia tahu bahwa orang Persia dan orang Yahudi punya persamaan dalam hal ini yaitu mereka sama-sama menghormati kuburan nenek moyang mereka dan ia mendapatkan simpati dari raja. Doa dan beriman kepada Tuhan, tidak berarti bahwa kita harus berjalan tanpa menggunakan otak dan akal sehat. Tetapi harus diingat bahwa menggunakan otak berbeda dengan bersandar pada otak atau kemampuan diri (bdk. Amsal 3:5-6).