Jumat, 19 Agustus 2022
Bahan Bacaan : Nehemia 3 : 1 – 12
Pendahuluan
Panggilan kita adalah melakukan segala pekerjaan bagi Tuhan. Tidak ada gengsi di dalam Tuhan. Tidak ada pekerjaan rendahan atau pekerjaan kasar kalau pekerjaan itu demi kemuliaan Tuhan. Dan inilah yang selalu dinyatakan oleh anggota gereja.
Pendalaman Teks
Nehemia menyebut delapan pintu gerbang berbeda serta bagian tembok tempat terpasangnya masing-masing pintu gerbang, beserta orang-orang yang mengerjakan perbaikan itu. Menurut urutannya pintu-pintu gerbang tersebut adalah: pintu gerbang Domba (sudut timur laut), pintu gerbang Ikan (sudut utara), pintu gerbang Lama (sudut barat laut), pintu gerbang Lembah (sudut barat daya), pintu gerbang Sampah (sudut selatan), pintu gerbang Mata Air (sudut tenggara, dekat kolam Siloam), pintu gerbang Air (sudut timur, dekat Ofel), pintu gerbang Kuda (sudut timur dekat Bait Suci).
Ay.5, yang dimaksud dengan tuan adalah Nehemia. Tekoa adalah kota asal Nabi Amos. Pemuka-pemukanya tidak mau membantu Nehemia kemungkinan karena pekerjaan memasang pintu gerbang adalah pekerjaan orang rendahan sehingga pemuka di Tekoa menolak melakukannya. Padahal di dalam Tuhan, tidak ada golongan yang terlalu tinggi sehingga tidak perlu melayani, dan tidak ada golongan yang terlalu rendah sehingga tidak layak untuk bekerja. Memang pekerjaan yang dilakukan Nehemia adalah pekerjaan kasar namun itu demi menyatakan kehendak Allah bahwa Yerusalem harus diperbaiki sebagai bagian dari realisasi nubuatan Allah. Setelah kehancuran kota Yerusalem pada masa penaklukan yang dilakukan oleh Nebukadnezar, raja Babel, tiba masa pemulihan dan semua orang buangan kembali ke kota mereka maka kota itu harus kembali dibangun. Bagian terpenting untuk perlindungan kota adalah tembok-temboknya karena tembok kota yang kokoh memungkinkan kota selamat dari ancaman serangan bangsa lain.
Pekerjaan membangun tembok-tembok kota Yerusalem adalah bagian dari pekerjaan jasmani namun sekaligus pekerjaan rohani karena dilakukan sebagai tanda cinta kepada Allah. Yerusalem adalah kota Allah maka membangun temboknya bukan sekedar supaya penduduk Yerusalem aman namun itu juga bentuk melayani Allah.
Ay.1 mengatakan bahwa mereka mentahbiskan tembok dan pintu gerbang. Hal ini dilakukan dengan doa dan pemberian persembahan korban bakaran kepada Tuhan, sebagai bentuk menyerahkan tembok dan pintu itu kepada Tuhan. Rupa-rupanya setiap ada suatu bagian selesai dibangun atau diperbaiki, maka bagian itu ditahbiskan. Setelah seluruh tembok selesai, maka dalam Neh 12:27 dst, mereka mentahbiskan lagi tembok itu secara keseluruhan.
Ay.12, Salum bin Halohesy adalah seorang penguasa tetapi ia turut dalam pembangunan itu dan melibatkan anak-anak perempuannya. Hal yang tidak lazim untuk masa itu dimana perempuan tidak mendapatkan tempat yang sama dengan laki-laki. Namun hal itu justru mendapatkan pujian dari Nehemia. Pekerjaan yang melibatkan banyak orang untuk bersama seia sekata tanpa memusingkan orang yang menghalang-halangi pembangunan, mengolok dan menghina (Neh.2:19) menyebabkan tembok itu selesai dalam 52 hari (Neh 6:15).
Dari teks ini, renungan yang dapat dikembangkan dan diajarkan antara lain:
- Kerja Bersama
Nehemia dengan menggunakan segala daya, dana dan fasilitas yang dimiliki, ia bekerja bagi pembangunan tembok Yerusalem. Namun ia tidak bekerja sendiri. Ia mengajak, menginspirasi dan mempengaruhi orang lain untuk turut mengambil bahagian dalam pekerjaan itu dan semuanya melakukannya dalam tanggung jawab penuh dan bahkan dengan senang. Tentu saja ada orang yang tidak terpengaruh dan memilih untuk memusuhi pekerjaan yang baik. Namun sikap mengabaikan orang yang menolak bekerja, mengabaikan setiap olokan dan hinaan dari mereka yang menolak pekerjaan yang baik lalu tetap fokus pada pekerjaan memungkinkan pekerjaan itu berjalan dengan baik dan tepat waktu. Sistem kerjapun diberikan tanggungan kepada masing-masing bani dan orang-orang kaya untuk bertanggung jawab. Semuanya kemudian bekerja bersama dan pekerjaan selesai dengan cepat.
- Sikap Terhadap Orang Malas
Di antara orang-orang yang rela bekerja, ada yang tidak mau terlibat padahal ada banyak faktor yang seharusnya mendorong mereka untuk bekerja, seperti saat itu adalah keadaan darurat karena kota yang baru dibangun akan mendatangkan musuh untuk menjarah sehingga mengharuskan semua orang mau bekerja. Apalagi semua golongan ikut bekerja. Para perempuan ikut bekerja. Nehemia yang adalah pejabat yang dekat dengan raja Persia turun tangan bekerja maka hal ini seharusnya menimbulkan rasa sungkan dalam hati semua orang untuk bekerja. Tidak ada alasan bagi pemuka-pemuka Tekoa itu untuk tidak bekerja. Di dalam suatu persekutuan apabila ada yang enggan bekerja maka mereka bisa menjadi contoh jelek yang menyebabkan orang lain menjadi malas dan patah semangat. Karena itulah alkitab banyak mengecam orang-orang yang menganggur (Hak.5:23, Ams.18:9, Yer.48:10, Mat.25:24-30).