Jumat, 26 Agustus 2022
Bahan Bacaan : Lukas 9:22-27
Tema : Harus Ada Penyangkalan Diri
Pendahuluan
Kita mungkin pernah mendengar lagu Rohani ‘JanjiMu seperti Fajar’ dan megetahui latar belakang dibalik pembuatan lagu ini. Lagu ini ditulis oleh seorang bapak bernama Afen Hardianto yang berdomisili di kota Malang, didasari oleh kisah nyata hidupnya yang sudah melayani Tuhan sebagai pemain musik di gereja sejak SMP. Namun, Ia mengalami masalah rumah tangga yang disebabkan keegoisan dan kesombonganya.Ia adalah seorang pelayan Tuhan yang tidak mampu menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus, karena kemurahan Tuhan, lewat ketaatan sang istri akhirnya dia kembali dalam kehidupan yang harmonis dan mengalami pemulihan.
Pendalaman Teks
Dalam Ayat-ayat sebelumnya mejelaskan bahwa setelah mendapat pengakuan dari Petrus bahwa Dia adalah Mesias, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga’ (Luk 9:22). Ketika kita mengakui Yesus adalah Mesias (Yang diurapi Tuhan) maka kita juga harus memenuhi syarat-syaratNya (Luk 9:23). Jika Tuhan Yesus mengalami penderitaan seperti itu, maka sebagai orang-orang yang mengaku menjadi pengikutNya juga, jangan kaget kalau mengalami penderitaan karena imanya. Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus pada waktu Dia berkata, ‘Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa telah tamat pelajaranya akan sama dengan gurunya’ (Luk. 6:40). Dari teks ini, renungan yang dapat dikembangkan dan diajarkan antara lain:
- Menyangkal Diri.
Dasar dari penyangkalan diri adalah pemahaman bahwa keselamatan hanya berasal dari Tuhan, tidak bisa dilakukan dengan cara sendiri. Setelah diselamatkan, orang-orang Kristen memahami bahwa Tuhanlah yang menjadi penguasa di dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu, mereka tidak boleh melakukan apa yang menjadi keinginan dirinya sendiri, tetapi melakukan keinginan Tuhan. Dalam terjemahan versi Alkitab dalam bahasa Indonesia Masa Kini, menerjemahkan dengan frasa ‘melupakan kepentinganya sendiri’ artinya orang-orang harus mengesampingkan apa yang menjadi kepentinganya sendiri demi mengarahkan kehidupanya pada apa yang menjadi kepentingan Kerajaan Allah.
- Memikul Salib.
Pada zaman Romawi, seseorang yang dijauhi hukuman salib, akan dipaksa untuk memikul sendiri salibnya dari tempat dijatuhi hukuman sampai ke tempat penyaliban. Dengan cara demikian dipertontonkan bahwa dia telah bersalah pada Negara dan tunduk pada Negara, yang telah menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Gambaran ini digunakan oleh Lukas untuk menyatakan bahwa orang Kristen harus menjalani hidup seolah-olah telah dijatuhi ‘hukuman mati’, yaitu mati terhadap nilai-nilai dunia yang tidak sesuai degan kehendak Allah dan tunduk pada nilai-nilai dalam kerajaan Allah. Apa yang orang Kristen lakukan harus selaras dengan apa yang dikehendaki Allah. Sebagaimana orang-orang dijatuhi hukuman mati pada masa itu,orang-orang Kristen juga harus rela kehilangan harta benda dan nama baiknya. Dan jika kita membaca ayat-ayat selanjutnya, kata mati disini pun berarti siap mati secara fisik demi menjadi pengikut Tuhan. Lukas menuliskan bahwa meyangkal diri dan memikul salib ini harus siap kita lakukan setiap hari. Dengan cara itulah, berita tentang keselamatan di dalam Kristus akan menyebar ke dalam dunia.
- Mengikut Aku
Jika ditinjau dari segi bahasa Yunani Koine, mengikut disini berbeda dengan menyangkal diri dan memikul salib yang menggunakan kata aorist. Dengan ini Lukas ingin menekankan bahwa mengikut Kristus merupakan proses yang terus menerus, seperti terjemahan versi Alkitab dalam bahasa Indonesia Masa Kini “Terus mengikut Aku”. Mengikut Tuhan bukan sekedar komitmen yang dilakukan sekali saja, namun dilakukn seumur hidup. Menjadi murid Tuhan Yesus berarti melakukn ketiga hal ini:
Menyangkal diri (Megesampingkan identitas duniawi dan fokus pada identitas sebagai pegikut Tuhan) dan memikul salib (Mati terhadap ambisi duniawi dan megarahkan pada keinginan Tuhan) Setiap hari harus menjadi komitmen orang-orang yang mau mengikut Kristus. Walaupun secara duniawi akan mengalami kerugian, tetapi para pengikut Kristus harus percaya bahwa dengan itu justru mereka akan menikmati hal yang lebih besar lagi di Surga.Bahkan jika dengan menjadi pengikut Kristus mereka harus sampai kehilangan nyawa sekalipun,itu bukan merupakan kerugian, karena “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan meyelamatkannya”(Luk. 9:24). Dalam Pengantar diatas meggambarkan kehidupan Bapak Afen Hardianto mengalami pemulihan setelah berhasil meyangkal diri, melepaskan kepentingan diri sebagai kepala keluarga yang sukses, Pelayan Tuhan sejak muda, melepaskan kesombongan rohani, memikul salib, menyerahkan ambisi duniawinya dan mengikut Yesus sebagai suatu proses terus menerus. Langkah praktisnya, kita bisa belajar untuk menjadi pegikut Kristus yang sungguh-sungguh melalui hal-hal kecil sekitar kita; membuang rasa malas dalam pelayanan, menyisihkan yang terbaik dan yang pertama bagi Tuhan (Bukan mempersembahkan yang sisa-sisa).