Minggu Sengsara VI, 17 Maret 2024
Pembacaan Alkitab: Markus 14:32-42
Tema: Pulihkanlah Kami dari Perasaan Sendiri dan Sepih dalam Pergumulan hidup!
Pengantar
Hidup sebatang kara atau sendirian menjalani pergumulan hidup, bukanlah perkara mudah. Terlalu sulit untuk menerima kanyataan bahwa ketika menghadapi pergumulan hidup yang berat, orang-orang yang kita harapkan bisa menopang dan menguatkan kita, justru tidak peduli, seakan menutup mata dan pergi meninggalkan kita. Ketika hal itu terjadi, tentu kita sangat kecewa. Ketidak-pedulian sesama dan kekecewaan dalam diri sendiri menyebabkan seseorang semakin terpuruk, bahkan bisa jadi mengambil jalan pintas untuk mengakhiri kehidupan. Tidak. Kita tidak boleh begitu saja bergantung pada sikap orang lain terhadap pergumulan kita. Kita juga tidak boleh menjadi sangat mudah kecewa terhadap ketidak-pedulian orang lain atas hal baik yang sedang kita perjuangkan. Kisah pergumulan Tuhan Yesus di Taman Getsemani menunjukkan beberapa pesan iman yang menguatkan kita menanggung beban penderitaan ketika menjalani kesulitan hidup sendirian.
Penjelasan Teks
Getsemani berarti “pemerasan minyak”. Taman Getsemani berada di Bukit Zaitun yang berada di sebelah timur Yerusalem. Yesus ke sana untuk berdoa. Yesus dalam pelayananNya selalu memiliki waktu untuk menyepi dari keramaian dan berdoa. Kebiasaan itu menunjukkan ketergantunganNya kepada Bapa yang mengutusNya. Perikop bacaan kita menjelaskan bahwa Yesus tidak sendirian di taman itu. Ia meminta kepada tiga orang muridNya agar berjaga-jaga berama-sama denganNya. Dia mengharapkan tiga orang murid itu mendampingi Dia ketika menghadapi tantangan yang ada di depan mereka. Yesus sangat membutuhkan dukungan murid- muridNya. Namun, dalam cerita ini, murid-murid Yesus gagal untuk memenuhi permintaan dan harapan Yesus. Mereka tertidur karena sangat mengantuk, padahal Yesus sangat memerlukan mereka.
Yesus sebatangkara menghadapi ancaman penderitaan yang menggiring-Nya kepada kematian. Injil mencatat tiga kali Yesus berdoa. Dalam bacaan ini, ketika pertama kali berdoa, Yesus mengatakan “Ya Abba, ya Bapa, segala sesuatu mungkin bagiMu ambillah cawan ini dari hadapanKu tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki (Markus 14:36 / TB 2). Ungkapan doa Yesus itu menyiratkan pergumulan batin yang berat. Ancaman penderitaan dan kematian itu tidak mudah dan ringan bagi Yesus. Perasaan takut terhadap ancaman, dan tekanan kejiwaan seseorang ketika menghadapi kesulitan, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Hal itu menjelaskan keadaan yang dialami Yesus, bahwa peluh yang keluar bercampur dengan darah (bdk. Lukas 22;44). Gambaran ini menunjukkan betapa beratnya tekanan yang dialami Yesus, baik secara fisik maupun secara batin. Yesus sempat meminta agar penderitaan itu jangan sampai teralami olehNya. Namun Ia lebih memilih taat pada Bapa yang menghendaki manusia ditebus dan diselamatkan. Karena itu seberapa hebat rasa takut dalam kesendirian itu, Yesus justru memilih taat pada kehendak Bapa-Nya.
Ketika Yesus kembali dan mendapati murid-murid justru tertidur, Ia menegur mereka, lalu Ia kembali ke tempat-Nya berdoa. Ketika dalam pergumulan dan merasa berjuang sendiri dan tidak ada dukungan dari yang lain, Yesus tidak putus asa dan kecewa, tetapi Ia justru kembali berdoa. Sampai tiga kali berdoa. Setelah Yesus berdoa sebanyak tiga kali, Ia mengajak murid-muridNya untuk bangun dan siap menghadapi penangkapan malam itu. Teladan Yesus ini mengajarkan bagaimana menghadapi pergumulan dalam kesendirian. Ketika orang-orang sekitar tidak dapat memberi topangan, kita bisa berdoa. Tumpahkan segala kegentaran hati dalam doa kepada Allah, agar kehendak Allah dinyatakan melalui hidup, bahkan kesulitan dan penderiataan sekalipun. Mungkin jawaban doa tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi doa memastikan bahwa kita selalu terhubung dengan Allah yang menghendaki keselamatan dan kehidupan bagi semua manusia dan segenap ciptaan.
Aplikasi
Doa Yesus di taman Getsemani menyaksikan sikap iman ketika menghadapi situasi kehidupan yang tidak ringan dan tidak mudah. Jangan mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kehendak Allah. Keberhasilan melaksanakan tanggung jawab iman tidak ditunjukkan oleh seberapa besar kekuatan dan kehebatan kita menghadapi dan menaklukkan kesulitan, melainkan kerelaan kita untuk menaati dan melakukan kehendak Allah. Orang-orang mendampingi kita sesuai kemampuan dan keterbataannya, tetapi Allah selalu ada dalam segala situasi. Mungkin ada situasi yang begitu sulit, karena tak ada orang yang menemani. Di saat itu kita dapat berdoa dan berserah diri untuk melaksanakan kehendak Allah bagi manusia dan semesta. Ketaatan Yesus perlu kita teladani. Mungkin untuk sementara, ketaatan tampak menyakitkan tetapi di balik ketaatan itu ada kemenangan dan kemuliaan yang sempurna.
Kedua: selesaikan kesedihan hati dengan berdoa. Ketika mengalami stress dan kecewa, jangan melakukan hal-hal negatif seperti tidur-tiduran atau mabuk-mabukan, meneguk racun,mencelakai diri atau bunuh diri. Sediakan waktu untuk bersekutu dengan Allah. Persekutuan dengan Allah membuat kita kuat. Ketika kita merasa bahwa tidak ada orang lain yang peduli terhadap situasi kita, ingatlah bahwa Tuhan selalu bersedia mendengar keluh kesah kita. Doa memulihkan perasaan yang terkoyak karena kesendirian dan kesepian dalam pergumulan hidup. Dalam doa kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah. Kelemahan manusia adalah “rohnya yang penurut tetapi kedagingannya yang lemah”. Kelemahan itu dapat diatasi dengan doa. Doa akan membuat kita bersatu dengan Allah sehingga dapat menjadi sesama bagi mereka yang membutuhkan topangan dan belarasa kemanusiaan.
Ketiga, Yesus sendiri telah merasakan apa artinya takut dan gentar, apa artinya bergumul dalam kesendirian dan sepi maka Ia dapat menolong kita. Jikalau hari ini, kita sedang bergumul dengan masalah-masalah hidup, jangan pernah berpikir kita sementara berjuang sendiri, karena Dia ada bersama dengan kita. Ia pernah mengalami penderitaan seorang manusia maka Ia mampu menolong kita untuk berpulih dari perasaan sendiri dan sepi ketika kita ditinggalkan atau tidak dipedulikan oleh orang lain.
Keempat, Masih banyak orang yang sedang mengalami kesulitan seorang diri. Mereka yang mengalami penderitaan tanpa sesama, sahabat dan saudara. Berdoalah agar mereka tetap kuat dan tabah menjalani hidup ini. Kiranya kita menjadi teman bagi mereka ang terpojok dan terpuruk dalam pergumulan hidup. (lb)