“TUHAN Telah Melakukan Perbuatan Besar”
“TUHAN telah melakukan perbuatan besar” merupakan bentuk pengakuan dari penghayatan akan perjalanan peziarahan bersama orang beriman di dalam dinamika kehidupan dunia ini. Anak dan remaja merupakan anggota dalam perjalanan iman (sama halnya dengan orang dewasa) yang juga merasakan pengalaman-pengalaman kehidupan dalam sudut pandangnya masing-masing. Khususnya dalam konteks dunia mereka pada jaman ini, anak dan remaja yang sebagian besar generasi Alpha (kelompok generasi yang lahir antara tahun 2010 sampai 2025) menghadapi pergumulan yang jauh lebih kompleks dibandingkan generasi pendahulunya.
Mereka adalah generasi yang lahir dan berkembang berdampingan dengan perkembangan teknologi, yang membuat arus informasi begitu cepat mereka terima sehingga ada kecenderungan untuk mendapatan kebahagiaan secara instan. Hal ini dapat mendorong generasi Alpha menjadi mudah stress dan menjadi depresi.
Meskipun demikian, generasi Alpha juga memiliki potensi yang luar biasa besar. Mereka adalah generasi yang mudah beradaptasi, fleksibel, memiliki cara berpikir yang lebih luas dan terbuka, serta dapat mencari solusi secara mandiri. Bahkan generasi ini diprediksi akan menjadi generasi paling terdidik di sepanjang sejarah. Anak-anak dan remaja kita adalah wujud dari perbuatan besar yang dilakukan Tuhan dalam sejarah perkembangan manusia. Mereka lahir dan tumbuh di masa pandemi, tetapi hal tersebut tidak menutup potensi mereka untuk menjadi agenagen damai sejahtera di lingkungan masing-masing maupun bagi dunia ini. Dalam kompleksitas pengalaman mereka, Tuhan telah melakukan perbuatan besar secara nyata melalui setiap pengalaman-pengalaman yang sederhana.
Anak-anak dan remaja diajak agar menyadari pengalaman-pengalaman akan karya Tuhan tersebut melalui ruang-ruang refleksi yang menyenangkan. Potensi-potensi mereka merupakan potensi yang sangat berharga untuk membentuk sejarah masa kini dan masa depan, khususnya dalam sejarah pewartaan Injil di seluruh dunia.
Penjelasan Bahan (Mazmur 126:3-6; Yohanes 6:1-14)
Bacaan 1: Mazmur 126:3-6
Mazmur 126 merupakan Mazmur yang digunakan dalam perjalanan ziarah menuju Yerusalem. Mazmur ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni ayat 1-3 dan ayat 4-6. Ayat 1-3 menunjukkan ingatan akan karya Allah dalam sejarah kehidupan umat-Nya (Frasa “Pada waktu itu…” dan “ TUHAN telah…” muncul masing-masing dua kali pada bagian satu). Ayat 4-6 berbicara tentang pengharapan yang muncul dari ingatan akan perbuatan Allah yang membawa sukacita. Analogi orang yang menaburkan benih digunakan oleh Pemazmur untuk menggambarkan pengharapan tersebut. Meskipun tidak ada yang menjamin apa yang akan terjadi ketika benih ditaburkan, yang seringkali membuat orang mencucurkan air mata, tetapi orang tersebut tetap menaburkan benih karena keyakinannya pada Allah yang akan menyatakan (sekali lagi) perbuatan besar-Nya.
Pengharapan yang mengikuti ingatan-ingatan akan perbuatan Allah menjadi kekuatan bagi setiap orang percaya untuk tetap melakukan yang terbaik meskipun keadaannya sulit sekalipun.
Sebagaimana para peziarah yang hendak menuju Yerusalem, perjalanan sulit terkadang mereka tempuh dan mereka belum sampai di tempat tujuan, tetapi itu semua tidak menjadikan mereka berhenti di tengah jalan. Kerinduan akan karya Allah yang telah mereka rasakan sebelumnya memunculkan kekuatan yang memampukan mereka terus berjalan. Mereka yang terus berharap dengan tetap bergerak maju yang akan bisa menikmati sukacita dengan sepenuh hati.
Bacaan 2: Yohanes 6:1-14
Cerita Yesus memberi makan 5.000 orang dalam Yohanes 6:1-14 merupakan kisah yang sangat populer dan ada dalam semua Injil. Kisah mujizat ini bisa direnungkan dari berbagai sudut pandang. Multiplikasi dari lima roti dan dua ikan dapat dipahami bahwa Yesus melakukan perbuatan yang ajaib (dari lima dan dua menjadi ribuan), akan tetapi sekaligus dapat dipahami ada keterlibatan seorang anak kecil dengan hati yang tulus dan berani untuk berbagi. Anak kecil dengan bekalnya yang sedikit itu dipakai Allah untuk mengambil bagian dalam karya besar yang dilakukan oleh Yesus di dalam sejarah manusia. Ketika berada dalam saat krisis orang cenderung akan menyimpan untuk dirinya sendiri, anak kecil ini memiliki keberanian untuk memberikan bekal yang ia punya. Anak kecil ini tidak pernah mendapatkan kemuliaan, kemuliaan hanya milik Sang Mesias. Tetapi dari apa yang ia berikan justru memiliki peranan yang besar daripada yang sanggup dipahami oleh manusia. AMIN