Spiritualitas Bertumbuh dalam Keluarga
2 Timotius 1 : 1 – 14
Lirik lagu berjudul “Terima Kasih untuk Cinta Papa Mama” menyampaikan beberapa pesan menarik.
Bait 1 : Saat tangan kecilku mulai terbuka, dan mata ini memandang dunia, kurasakan belaian kasih tiada taranya diiringi tawa penuh cinta.
Refrein : Terima kasih untuk cinta, terima kasih tuk keluarga yang indah, ku temukan kasih Allah dalam papa mama. Setiap hari ku bersyukur kepada Tuhan tuk keluarga yang indah. Papa mama engkau yang terbaik.
Bait 2 : Saat kaki kecilku mulai melangkah, ku lihat harapan di wajahmu, harapan yang terbaik untuk diriku, doamu dinaikkan dan setiap saat namaku disebut.
Sesuai pesan lagu di atas, pertumbuhan iman seseorang terjadi sejak di dalam keluarga, dimana orang tua bertanggung jawab meneladankan dan mewariskan tradisi iman kepada anak. Anak-anak dapat menemukan kasih Allah dalam orangtua mereka, melalui didikan dan nasihat maupun melalui cara hidup orangtua. Pesan itu kita temukan dalam nasehat Paulus kepada Timotius, bahwa pertumbuhan iman Timotius berawal dari cara hidup orangtuanya.
Penjelasan Teks
Bacaan kita menceritakan bahwa melalui nasehatnya, Paulus mendorong Timotius agar menjalankan tugas pelayanannya dengan giat, penuh semangat. Nasihat ini dimulai dengan ungkapan syukur Paulus kepada Tuhan yang dilayaninya dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangnya. Dengan rasa syukur yang sama Paulus selalu mengingat dan mendoakan Timotius anak rohaninya (ay 3). Paulus juga mengungkapkan kerinduannya kepada Timotius. Ia mengingat, betapa air mata Timotius dicurahkan dalam menjalankan tugas pelayanannya, sebab itu Paulus rindu untuk melihat Timotius kembali agar penuhlah sukacitanya (4). Ketika menulis surat ini Paulus sedang mengalami penderitaan berat di dalam tahanan di Roma. Ia merasakan kepedihan, menantikan saat kematiannya dan ditinggalkan oleh banyak sahabatnya (2 Tim 4:16). Paulus rindu untuk melihat Timotius sekali lagi. Dia memohon Timotius tetap setia pada kebenaran injil dan berharap Timotius segera datang menjumpainya, bersama-sama dengan dia di hari-hari terakhir kehidupan.
Dalam masa sulit Paulus ingat kepada Timotius. Timotius adalah seorang anak rohani Paulus. Pada diri Timotius Paulus menemukan iman yang menuntutnya untuk melayani dengan tulus ikhlas. Iman yang menggerakkan Timotius, untuk melayani dengan tekun, pertama-tama hidup di dalam neneknya (Lois) dan ibunya (Eunike). Iman Timotius mengakar dalam keluarganya (ay 5). Hal itu menjadikan Timotius tetap teguh berpegang pada kebenaran injil yang sejak kecil telah didengarnya. Paulus menyaksikan bahwa iman yang diwariskan oleh orangtua itulah yang menjadikan Timotius sebagai gembala yang mampu menjaga dan mempertahankan injil yang dipercayakan kepadanya, sekalipun berhadapan dengan tantangan. Ketika orang banyak cenderung memilih meninggalkan iman mereka, Timotius tetap kuat mempertahankan kebenaran sebagai tanggung jawab.
Iman dan pelayanan Timotius sangat penting, untuk menjamin keselamatan dirinya dan mereka yang dibinanya. Itu sebabnya, di masa sulit pun, Paulus mengingat Timotius dan menasehatinya bahwa agar Timotius tetap memelihara imannya dengan baik diperlukan tutunan Roh Kudus. Timotius harus setia hidup dalam tuntunan Roh Kudus karena Roh Kudus yang dapat mengilhamkan kebenaran yang sesungguhnya. Roh Kudus akan menolongnya untuk tetap teguh berpegang pada ajaran yang sehat.
Paulus mendorong Timotius untuk menyalakan kasih Allah yang sedang bekerja di dalam dirinya. Allah memperlengkapi Timotius dengan karunia Roh Kudus demi pekerjaan pewartaan injil. Pencurahan Roh Kudus baginya disimbolkan dengan peristiwa penumpangan tangan oleh Paulus kepada Timotius (ay 6). Karunia Roh Kudus kepada Timotius diumpamakan seperti api yang harus dikobarkan olehnya melalui pelayanan. Karunia dan kuasa yang dicurahkan atas kita tidak dengan otomatis tetap kuat. Karunia dan kuasa itu harus dinyalakan oleh kasih karunia Allah melalui doa, iman, ketaatan dan ketekunan. Seperti api perlu dinyalakan, Timotius harus merawat daya Roh Kudus dengan memanfaatkan pada semua kesempatan. Allah memberikan Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (ay 7). Cara terbaik merawat karunia adalah mengembangkan karunia itu dalam pelayanan.
Paulus mengingatkan Timotius agar terus bersaksi, tidak malu bersaksi, sebab Allah yang memanggilnya berdasarkan maksud kasih karunia Allah sendiri (ay 8-9). Paulus pun mengisahkan tentang pengalamannya, bahwa penderitaan yang dialaminya tidak menyebabkan ia merasa malu melakukan tugas sebagai pemberita, rasul dan guru. Ia yakin bahwa Tuhan berkuasa memelihara apa yang dipercayakan kepadanya sampai hari Tuhan (ay 10-12).
Berdasarkan pengalaman Paulus itu, Timotius belajar mengemban tanggung jawab pelayanan. Paulus menasihi Timotius agar berpegang pada apa yang telah didengar Timotius dari padanya sebagai contoh ajaran yang sehat. Iman membutuhkan pengajaran yang perlu dilakukan atas dasar kasih Kristus Yesus. Karunia Roh Kudus yang diberikan Allah kepada Timotius. Karunia itu harus dirawat pada ruang dan waktu sekerang, dengan melakukan pelayanan (ay 13-14) sebab ada saat dimana semua orang tidak lagi memercayainya. Walau situasi terus berubah, kita harus tetap berpegang pada iman yang diwariskan dari cara hidup nenek moyang dan orangtua kita. Paulus mengingatkan bahwa dari kecil Timotius sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadanya dan menuntunnya kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus (2 Tim 3:15).
Aplikasi
Paulus adalah orangtua rohani dari Timotius. Mungkin pada masa kita sekarang, Paulus disebut bapak baptis (bapa serani) dari Timotius. Paulus, sebagai orangtua, memiliki tanggungjawab yang besar dalam hal mempersiapkan anak-anak menjadi pelaku pelayanan yang baik.
Orangtua berperan penting dalam pertumbuhan spiritualitas anak. Dari bacaan hari ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua guna menumbuhkan spiritualitas anak-anak. Pertama, orang tua terpanggil untuk mengajari anak-anak kebenaran tentang Tuhan dan tentang bagaimana orang Kristen harus hidup. Pengajaran ini dilakukan Paulus melalui contoh ajaran yang sehat dan sikap hidup Paulus sendiri. Pengajaran iman disampaikan kepada anak-anak, tidak hanya lewat nasihat tetapi juga lewat teladan iman dalam kehidupan setiap hari. Kedua, pengajaran iman sebagai warisan keluarga mengenai cara hidup, diperoleh anak dari praktek hidup bersama dalam keluarga (pasal 3:15). Iman yang tulus ikhlas pada Timotius adalah warisan pandangan dan cara hidup neneknya (Lois) dan ibunya (Eunike). Karena itu anak-anak harus menemukan, mendapatkan dan bertumbuh dari teladan iman yang diberlakukan di dalam keluarganya. Ketiga, dengan asuhan spiritualitas yang baik maka anak-anak bertumbuh menjadi wujud harapan yang diperjuangkan, yaitu ketika anak-anak itu memiliki iman yang benar dan hidup dalam kehendak Tuhan, berani menerima resiko dan menanggung penderitaan demi mempertahankan imannya kepada Kristus. Keempat, iman yang diwariskan kepada anak-anak tidak terlepas dari pengetahuan yang dipelajari. Perlu menambahkan kepada iman itu pengetahuan. Maksudnya, kita harus mengenal Kristus Tuhan dengan wawasan pengetahuan yang luas. Di dalam keluarga anak-anak menemukan kasih Allah yang mempersiapkan mereka untuk melakukan pekerjaan keselamatan. (jam). AMIN