Bahan Kotbah Kebaktian Minggu, Bulan Kebangsaan, 13 Agustus 2023
Bacaan Alkitab: Efesus 4:1-16
Tema: MERAWAT PERSATUAN DI TENGAH PERBEDAAN
Pengantar
Dalam konteks gereja dan bangsa, kita tidak dapat menyangkali adanya kemajemukan. Di gereja kita punya berbagai ragam karunia atau kemampuan dan dalam kehidupan berbangsa, kita beragam secara, agama, etnis, bahasa, dialek, keahlian, dll. Perbedaan-perbedaan ini mesti dikelolah untuk merawat persatuan, demi keutuhan gereja dan bangsa. Sebab Allah menciptakan segala sesuatu sejak semula dalam perbedaan namun dengan tujuan saling memperlengkapi. Namun demikian fakta sejarah menunjukkan bahwa sejak dulu, selalu ada gangguan yang membahayakan persatuan. Oleh karena itu Persatuan Indonesia mesti dirawat demi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.
Penjelasan Teks
Nas ini merupakan nasehat rasul Paulus kepada jemaat di Efesus agar menjaga kesatuan. Karunia memang berbeda-beda. Namun Tuhan yang mengaruniakannya hanya satu. Karena itu semua orang mesti saling menghargai satu sama lain. Bahkan semuanya mesti memanfaatkan berbagai karunia itu untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui nas ini, ada empat hal yang mesti diperhatikan.
Pertama, orang beriman mesti memiliki karakter yang baik (ayat 1-2). Apa itu karakter yang baik? Karakter yang baik adalah adalah sifat-sifat mulia yang mesti dimiliki seseorang. Pada bagian ini Paulus menyebutkan daftarnya. Ada rendah hati, lemah lembut, sabar, suka menolong sesama dan menjaga keharmonisan dalam hidup bersama. Apabila semua ini dimiliki maka kehidupan bersama sudah berada di jalan yang benar menuju kebaikan bersama.
Kedua, orang beriman mesti hidup dalam kesatuan oleh ikatan damai sejahtera (ayat 3-7). Sekelompok orang bisa bersatu karena berbagai alasan. Ada yang karena salah satu pihak dipaksa oleh pihak yang lain. Ada yang karena salah satu pihak bergantung kepada pihak yang lain. Ada yang hanya sekedar sedang menghadapi tantangan atau musuh bersama, dan sebagai. persatuan orang percaya tidak didasarkan pada itu semua. Sebaliknya, persatuan mesti terjalin akibat adanya ikatan damai sejahtera. Artinya dalam ikatan persatuan itu semua pihak merasa aman, nyaman dan harmonis satu terhadap yang lain. Ada perasaan senasib sepenanggungan. Satu tubuh. Satu Roh. Satu pengaharapan. Satu Allah, dan seterusnya. Dalam hal ini persatuan bukan berarti satu untuk semua. Bukan pula semua untuk satu. Persatuan adalah semua untuk semua. Jadi semua yang terlibat dalam ikatan persatuan itu punya tanggung jawab yang sama untuk memelihara damai sejahtera.
Ketiga, Tuhanlah yang menciptakan keberagaman agar semua bisa saling menopang dan membangun (ayat 8-14). Perbedaan itu ciptaan Tuhan. Perbedaan juga adalah anugerah Tuhan. Karena itu semua bentuk perbedaan mesti dipakai untuk kemuliaan Tuhan. Salah satunya caranya adalah dengan menghargai setiap orang sebagaimana adanya. Sebab seterbatas apa pun keadaan seseorang, dia merupakan ciptaan Tuhan. Karena itu menghina orang seperti itu adalah sama dengan menghina Tuhan yang menciptakan. Padahal siapakah manusia yang pantas menghina Tuhan? Tidak ada! Itu sebabnya perbedaan tidak boleh menjadi sumber perpecahan. Sebaliknya, perbedaan mesti menjadi kesempatan untuk saling mendukung dan menopang. Kelebihan yang satu menutupi kekurangan yang lain. Sebaliknya, kekurangan yang satu ditutupi oleh kelebihan yang lain.
Keempat, Tuhanlah yang memberikan keteraturan (ayat 15-16). Itu berarti bahwa Tuhan mau supaya semuanya rapi. Tiap bagian tersusun pada tempatnya. Dalam hal ini tiap-tiap bagian tahu apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Karya dan pelayanan memang berbeda. Namun semuanya diarahkan untuk tujuan sama. Dalam bacaan ini setiap orang percaya dipanggil memiliki karakter dipanggil Tuhan menjadi milik-Nya, yakni : rendah hati, lemah lembut, dan sabar (ayat 2a). Karakter tersebut hendaknya diwujudnyatakan dalam kehidupan berelasi dengan sesama, yakni dalam hal saling membantu sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan kepadanya. Setiap karunia yang kita miliki bukan ditujukan untuk membuat kita berbangga dan menyombongkan diri sendiri. Melainkan untuk saling melengkapi satu dengan lainnya
Aplikasi
Pada umumnya nas ini dipahami sebatas persekutuan orang-orang Kristen. Namun sebenarnya bisa juga dipahami dalam persekutuan yang lebih luas. Misalnya, persekutuan sebagai bangsa. Apalagi kekristenan meyakini adanya gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Jika gereja yang kelihatan adalah orang-orang Kristen yang ada di sekitar kita, lalu siapa itu gereja yang tidak kelihatan? Kristus! Sebab Dialah kepala gereja di mana jemaat merupakan tubuh- Nya. Jika Kristus adalah gereja yang tidak kelihatan maka siapa pun yang Dia kehendaki juga adalah gereja yang tidak kelihatan. Itu berarti bangsa Indonesia pun bisa menjadi gereja yang tidak kelihatan! Karena itu nas ini tidak hanya dapat diterapkan dalam persekutuan orang Kristen saja. Nas ini pun dapat diterapkan dalam kehidupan sebagai bangsa Indonesia. Jadi orang Kristen Indonesia mesti ikut merawat persatuan Indonesia. Sebab Indonesia merupakan negara yang Tuhan pilih agar kita lahir, hidup dan nanti akan mati di dalamnya. Kita pun diberi tanggung jawab untuk merawat persatuan Indonesia. Dalam hal ini keempat hal di atas mesti dimiliki, diyakini dan dilaksanakan dalam kehidupan bersama.
Pada 17 Agustus 2023 bangsa Indonesia menemui hari jadinya yang ke-78. Ini mesti disyukuri dengan sungguh-sungguh. Sebab sejak berdirinya bangsa yang sangat beragam dalam berbagai aspek ini tetap berdiri dengan kokoh. Semua orang Indonesia bersatu dalam naungan Pancasila sebagai rumah bersama. Semua saling menerima perbedaan. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua. Salah satu ilustrasi yang menggambarkan hal ini, kita Kelima jari yang kita miliki, memiliki nama, bentuk, dan kegunaan yang berbeda. Ada yang lebih tinggi dari jari lainnya, sebaliknya ada pula yang diciptakan lebih pendek. Jempol/ ibu jari seringkali digunakan untuk menyanjung dan memberi pujian, telunjuk digunakan untuk menunjuk dan memberi perintah, jari tengah sebagai yang paling tinggi seringkali menjadi sombong, jari manis terpilih untuk menjadi tempat bagi cincin yang indah, sedangkan jari kelingking sebagai yang paling kecil dan paling lemah, seringkali digunakan untuk menjadi simbol sebuah janji dan ungkapan maaf. Kelima jari tersebut diciptakan unik dan berbeda satu dengan lainnya, tetapi perbedaan tersebut tidak kemudian membuat mereka bergerak sendiri semau mereka. Dengan setiap kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, mereka bersatu untuk mencapai tujuan tertentu, mulai dari memegang barang, menulis, dan membantu anggota tubuh lainnya.
Sebagai anggota tubuh Kristus, kita pun tidak terluput dari perbedaan. Mulai dari perbedaan warna kulit, suku, karakter, keahlian, dan status sosial. Tetapi di tengah perbedaan tersebut, setiap kita dipanggil untuk saling melengkapi satu dengan lainnya dan merawat kesatuan di tengah perbedaan peran masing-masing. Keberlangsungan bangsa ini juga tergantung dari bagaimana semua orang Indonesia siap dan mampu merawat perbedaan. Dalam hal ini orang Kristen pun mempunya tanggung jawab yang besar. Karena itu mari kita semua merawat persatuan di tengah-tengah perbedaan yang ada. (ms)