Merawat alam sebagai ketaatan kepada Allah

Bahan Khotbah Minggu Pertama Bulan Lingkungan Hidup, 5 November 2023

Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 2:19-22

Tema : Merawat Alam sebagai Ketaatan kepada Allah

Pengantar

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang utama, yang sangat menentukan keberlangsungan makhluk hidup. Kekurangan air menimbulkan banyak masalah, seperti kekeringan, kelaparan, berbagai macam penyakit, kerusakan organ tubuh, penurunan daya ingat, dan berbagai persoalan lainnya. Manusia sangat membutuhkan air: untuk minum, masak, mencuci, bertani, serta berbagai keperluan lainnya. Dengan demikian, ketersediaan air harus selalu diperhatikan dan diupayakan. Ketersediaan air yang dimaksudkan bukan hanya soal jumlah air melainkan juga kualitas air. Manusia membutuhkan air yang bersih dan sehat.

Tafsiran

Sekalipun Yerikho merupakan kota yang strategis, namun masyarakat Yerikho sedang berhadapan dengan masalah yang sangat menguatrkan terkait kondisi air di kota itu (ay. 19). Masalah yang  dihadapi itu, bukan mengenai debit air tidak sebanding dengan jumlah penduduk, melainkan terkait kualitas air. Air di kota itu tidak sehat untuk dikonsumsi. Tidak dijelaskan, apakah ada unsur kimia atau bakteri tertentu yang telah mencemari mata air di kota itu. Yang dijelaskan, bahwa kualitas air sangat buruk, yakni dapat menyebabkan keguguran pada ibu hamil (ay. 19). Keadaan ini sangat meresahkan penduduk kota itu. Penduduk kota mearasa terancam masa depannya. Keluhan itu disampaikan oleh orang-orang Yerikho kepada Nabi Elisa. Keluhan itu pun langsung ditanggapi oleh Nabi Elisa. Kisah ini menunjukkan bahwa karya kenabian Elisa tidak hanya berkaitan dengan pergumulan peribadahan, tetapi berkaitan juga dengan keadaan sumber daya alam. Sang nabi tidak berdiam diri terhadap permasalahan lingkungan. Alam yang rusak harus disembuhkan atau dipulihkan agar tetap menyediakan sumber-sumber kebutuhan hidup secara seimbang. Air yang tidak sehat adalah menjadi ancaman serius bagi kehidupan dan harapan.

Nabi Elisa kemudian meminta garam dalam pinggan (Ay. 20). Dengan kuasa Tuhan, Nabi Elisa menaburkan garam tersebut di mata air sehingga air menjadi sehat dan layak digunakan. Keadaan air dipulihkan dari zat-zat atau bakteri yang mencemarinya mengancam lagi. Dengan demikian air dapat digunakan dan masalah keguguran bayi, akibat kualitas air yang buruk buruk di kota itu, teratasi (ay. 21-22). Cerita tersebut menekankan bahwa kuasa Tuhan berkarya melalui pelayanan nabi Elisa demi pemulihan lingkungan yang rusak. Kuasa Tuhan yang bertindak melalui aktivitas Elisa. Karya pelayanan Elisa menunjukan perhatian Tuhan pada pemulihan alam dan keluhan umat. Pada cerita itu, garam menjadi simbol atau media yang menunjukkan kuasa Tuhan yang memulihkan kualitas air di kota Yerikho. Dengan demikian, bukan Elisa atau garam itu yang dimuliakan tetapi Tuhanlah yang patut dimuliakan atas pemulihan yang terjadi.

Aplikasi

Seperti halnya penduduk Yerikho, seluruh dunia termasuk kita pun bergumul dengan persoalan air. Air sebenarnya menjadi anugerah Tuhan melalui alam untuk menjamin kelangsungan kehidupan di bumi. Namun, terkadang air menjadi sumber konflik dan sengketa. Di musim kemarau seperti sekarang ini kita bergumul dengan persediaan air bersih (volume/debit air), sekaligus mutu dan pengelolaan air. Di beberapa tempat, air bersih menjadi barang langka dan mahal, sementara di tempat lain volume air yang tidak terkendali dan menyebabkan banjir dan longsor. Masalah mutu air juga sering kita alami. Misalnya, sumber air yang tercemar oleh bakteri penyebab diare (bakteri e coli), limbah industri atau pun sampah kimia, pestisida, dan lain-lain. Air yang tercemar menjadi tidak layak digunakan. Kondisi ini sebenarnya hanyalah salah satu persoalan yang muncul akibat kerusakan alam. Bisa jadi, sumber air atau saluran air menjadi sumber konflik dan sengketa ketika dimonopoli atau dikuasai untuk kepentingan kepentingan orang-orang tertentu dan mengabaikan kebutuhan umum masyarakat.

Seperti halnya Elisa, kita pun ingin dipakai Tuhan untuk menemukan solusi untuk masalah ekologi (alam) yang terjadi di sekitar kita. Kita tidak bisa hanya mengeluh tetapi harus bisa berjuang bagi pemulihan alam. Masalah ketersediaan air tidak bisa hanya diatasi secara jangka pendek (beli air dan selesai). Harus ada upaya jangka menengah dan jangka panjang untuk menjamin ketersediaan air bersih dengan memperbaiki kerusakan alam. Penebangan pohon secara liar harus dihentikan; pembukaan lahan dan pembakaran lahan harus dikendalikan; reboisasi (penanaman kembali hutan) perlu digalakan lagi; gerakan tanam air terus dikampanyekan dan dilakukan dengan serius. Untuk menjaga kualitas air maka kebersihan dan kemurnian sumber air perlu dijaga. Tidak mencemari air dengan sampah; menghindari pengunaan bahan kimia yang berlebihan (bahan pertanian, limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah medis), termasuk dengan mengatur jarak antara jamban dengan sumber air untuk menjaga kualitas air. Alam yang terpelihara, termasuk sumber air yang terawat akan sangat bermanfaat bagi manusia. Air bersih, udara segar, alam yang indah. Semua itu menjadi jaminan kehidupan yang sehat. Tanpa kehidupan yang sehat, kebahagiaan dan kesejahteraan hanyalah harapan yang semu.

Merawat alam bukan hanya membawa kebaikan bagi kehidupan melainkan juga merupakan bentuk perwujudan iman kepada Tuhan. Manusia ditempatkan di tengah alam yang diciptakan Tuhan untuk tugas menjaga dan memeliharanya (bnd Kej 2:15-16). Manusia diperbolehkan mengolah dan menikmati alam dengan segala kekayaannya tetapi dengan penuh tanggung jawab dan tidak merusak apalagi menghancurkannya.

Jika Tuhan bisa memakai Elisa untuk memulihkan alam, yakni menyehatkan air di kota Yerikho, maka kita pun bisa dipakai Tuhan untuk menyehatkan kembali alam termasuk sumber air di sekitar kita. Kiranya kehadiran dan pelayanan kita sebagai Elisa masa kini berdampak bagi pemulihan alam dari kerusakan dan membawa kebaikan bagi segenap ciptaan. Amin (ymw).

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan