Bahan kotbah Minggu-Minggu Sengsara 2024 Minggu Sengsara I
11 Februari 2024
Pembacaan Alkitab: Markus 9:2-13
Tema: Kemuliaan Kristus dalam Penderitaan-Nya
Pengantar
Seringkali, kemuliaan dikaitkan dengan kesuksesan dan kemenangan. Dalam pandangan ini, tidak ada ruang bagi kekalahan dan penderitaan dalam kemuliaan. Namun, sebenarnya yang disebut mulia itu tidak selalu berupa kesuksesan dan kemenangan. Sebaliknya, dalam kekalahan dan penderitaan pun, terdapat kemuliaan di sana.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mulia itu meliputi kedudukan yang terhormat, sikap atau perbuatan yang luhur dan terpuji, serta bernilai. Pengertian ini menuntut kita untuk bertanya mengenai bagaimana semua yang dikaitkan dengan kemuliaan itu dicapai. Misalnya, apakah kemenangan itu diraih melalui cara dan sikap yang luhur? Kemenangan tanpa melalui sikap yang luhur bukanlah sebuah kemuliaan. Atau, apakah tujuan kemenangan itu? Tentu, kemenangan yang bertujuan untuk menaklukkan dan menjajah orang lain bukanlah sebuah kemuliaan. Sebaliknya, seseorang bisa saja kalah dalam sebuah kompetisi, tetapi karena ia berkompetisi dengan cara yang luhur, kekalahan itu mulia. Demikian juga, penderitaan sebagai pengorbanan untuk kepentingan umum adalah sebuah kemuliaan.
Penjelasan Teks
Yesus adalah pribadi yang kemuliaan-Nya tampak juga melalui penderitaan untuk kepentingan dunia yang dikasihi-Nya. Menurut cerita Markus 9:2-13, di atas gunung kemuliaan Yesus tampak. Musa dan Elia sebagai dua tokoh yang berjumpa dengan Tuhan Allah di atas gunung menghampiri dan berbicara dengan-Nya menjelang penderitaan yang akan segera dijalani-Nya. Markus mencatat bahwa Yesus berubah rupa, dan pakaian-Nya tampak putih, berkilat-kilat.
Kedua gambaran dari Markus itu dapat dipahami dalam bingkai politik Kerajaan Allah, yang merupakan salah satu aspek penting dalam Injil Markus. Musa dan Elia merupakan dua tokoh politik dalam arti luas (penataan kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan). Mereka berdua menentang kekuasaan yang jahat. Musa berhadapan dengan Firaun untuk pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir. Elia berhadapan dengan Ahab yang menyembah Baal dan itu berdampak buruk bagi kehidupan umat Allah. Kedua tokoh itu menghampiri Yesus yang juga sedang berhadapan dengan kekuasaan kaisar Romawi serta antek-antek lokalnya yang menaklukkan dan menindas kaum lemah. Musa dan Elia memiliki cara tersendiri dalam berhadapan dengan kekuasaan. Demikian juga Yesus yang mengupayakan pembaharuan kehidupan bersama dengan cara-Nya yang berbeda, yaitu melalui pengorbanan dan penderitaan.
Bagi politik Romawi, kemuliaan kaisar terwujud melalui penaklukan dan penindasan kepada yang lemah. Tetapi, dalam Kerajaan Allah, wujud kemuliaan Yesus adalah pengorbanan bahkan sampai terhina dan menderita di kayu salib. Dalam wujud itu, Yesus memang terlihat kalah, gagal dan tidak sukses menurut mata orang-orang pada umumnya. Namun, itulah wujud kemuliaan yang paling mendasar dan sejati. Kemuliaan itu keluar dari keluhuran sikap penuh kerelaan dan tujuan untuk kepentingan dunia seutuhnya. Kemuliaan seperti itulah yang memberikan kehidupan penuh sejahtera bagi semua orang dan segenap makhluk (bnd. Markus 16:15). Penderitaan Yesus merupakan kemenangan atau kesuksesan yang mulia karena itulah caranya untuk mencapai tujuan-Nya, yaitu keselamatan dan pemulihan ciptaan Allah. Jelas lah bahwa jangkauan kemuliaan Kristus itu, yaitu kosmos atau jagat raya, jauh melebihi kemuliaan semu yang diperoleh kaisar Romawi dengan cara yang tidak mulia itu.
Dengan rupa kemuliaan seperti itulah Yesus mengembalikan kemuliaan manusia dan ciptaan lain yang sebelumnya rusak dan terhina karena dosa. Dosa yang sebelumnya memperbudak dan menindas manusia, termasuk dalam rupa kekuasaan politik Kekaisaran Romawi, sekarang telah kehilangan kuasanya. Harapan akan kehidupan yang penuh sejahtera bagi semua telah datang dan dikecap.
Sekarang ini banyak sekali manusia dan ciptaan lain yang mengalami disfigurasi, yaitu kerusakan pada rupa, yang sebelumnya diciptakan Allah dengan mulia. Bahkan, disfigurasi itu disebabkan oleh pengejaran akan kemuliaan diri dengan mengorbankan orang lain. Kepentingan ekonomi dan eksploitasi merusak terhadap alam oleh sebagian kecil orang yang memiliki kuasa politik telah membawa penderitaan bagi kaum yang lemah. Misalnya, saat ini terumbu karang di laut sedang mengalami disfigurasi. Aneka warna ciptaan Allah di laut itu berubah warna menjadi putih karena suhu laut yang panas sebagai akibat perubahan iklim. Rupa menawan bukit-bukit berwarna hijau yang menjadi rumah kehidupan bagi manusia dan ciptaan lain juga rusak.
Namun, cerita Markus mengenai transfigurasi, yaitu perubahan rupa Yesus dan pakaian- Nya, yang disertai dengan penegasan terhadap penderitaan-Nya itu merupakan kabar baik bagi mereka yang sedang mengalami disfigurasi. Transfigurasi Yesus itu menegaskan bahwa Ia telah memulai dan sedang memperbaiki segala bentuk disfigurasi. Melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Yesus berkarya untuk membawa semua ciptaan kepada kemuliaan yang sempurna dari Allah.
Aplikasi
Hari ini kita merayakan minggu sengsara pertama. Kita ingat lewat peristiwa kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Yesus, kita diselamatkan. Dalam perenungan ini, dua hal yang bisa kita pelajari dari kisah ini: pertama, Saat ini, kita telah berada pada masa di mana karya Yesus itu telah berlangsung. Sebelumnya Yesus melarang ketiga murid-Nya untuk menceritakan penampakan kemuliaan-Nya itu. Tetapi, sekarang semua kita yang mengaku sebagai murid-Nya harus memberitakan kemuliaan-Nya itu. Bahwa melalui penderitaan-Nya, Yesus sedang memulihkan semua yang mengalami disfigurasi di gunung, laut dan di mana saja. Pemberitaan itu pasti menuntut pengorbanan dan penderitaan. Tetapi, transfigurasi Yesus menegaskan bahwa pengorbanan dan penderitaan kita merupakan ekspresi dari kemuliaan yang Allah berikan.
Kedua, Banyak orang bepikir tentang kemuliaan yang nyata dalam berbagai kesuksesan yang dicari. Hal ini membuat manusia melekat pada kesuksesan dan menolak penderitaan. Namun dari Yesus kita belajar, kemuliaan terletak pada kesediaan untuk berkorban dalam penderitaan. Setiap orang yang bersedia menderita sebagai anak-anak Allah akan mengalami kemuliaan-Nya. (em)