Kehadiran Allah Membawa Perayaan dan Kegembiraan

Bahan Khotbah Minggu Adven III, 17 Desember 2023
Bacaan Alkitab: Zefanya 3: 14-20
Tema : Kehadiran Allah Membawa Perayaan dan Kegembiraan

Pengantar

Masa raya Adven minggu ke-3 disebut minggu Sukacita (Latin: Gaudate). Istilah ini diambil dari antifon pembuka ibadah hari Minggu Adven III yang berbunyi “Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete. Dominus enim prope est.”Arti dari kalimat tersebut menurut Filipi 4:4-5 adalah “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!
Sebab Tuhan sudah dekat”. Minggu Gaudete menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan yang kita nantikan hampir tiba. Pada momen tersebut, umat diajak untuk bersukacita karena Allah akan selalu hadir dalam kehidupan umat-Nya.

Sukacita menjadi kebutuhan setiap orang dan merupakan salah satu dari buah roh. Namun dalam kenyataan hidup, kita menemukan gambaran sukacita semakin menjadi langkah di
dunia. Kondisi peperangan dan pertikaian antar bangsa dan kelompok, kesulitan ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, fitnah, hoaks, kekerasan terhadap lingkungan, dll. Di tengah situasi dunia yang suram, orang-orang percaya terus bekarya menyebarkan sukacita bagi sesama dan alam semesta.

Tafsiran Teks

Sekalipun sebagian besar isi kitab nabi Zefanya mengumumkan kehancuran dunia sebagai bentuk penghakiman Allah akan dosa Israel, namun khusus dalam bacaan kita, nada sang nabi
berubah secara dramatis. Pada perikop kita nabi menggambarkan kehadiran Tuhan dalam nuansa perayaan dan kegembiraan. Nabi mengajak umat untuk bersorak-sorak. Penghakiman yang menakutkan berubah menjadi belas kasihan Allah yang menuntun pada kehidupan baru.
Kehadiran Allah melenyapkan ketakutan dan membuka pintu ke masa depan yang baru. Hal itu berlangsung setelah sekian lama umat Tuhan hidup dalam kondisi yang terpuruk seara sosial, politik, ekonomi, moral, dan spiritual. Allah menghukum umat-Nya sendiri yang hidup jauh dari kehendak Allah. Hukuman Allah berlaku untuk semua orang. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari hukuman Tuhan, baik umat Allah maupun bangsa-bangsa lain. Tetapi, sekarang umat Tuhan diajak untuk bersukacita karena masa sulit sudah berlalu. Allah sendiri berinisiatif untuk memulihkan, membebaskan, dan menyelamatkan umat-Nya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi rencana kasih Allah.

Pesan ini bertentangan dengan apa yang terjadi sebelumnya di kalangan rakyat kecil karena para penguasa tidak peduli kepada penderitaan orang-orang kecil dan karena kemunafikan para pemimpin yang mengatakan bahwa mereka takut kepada Allah tetapi menindas dan menyengsarakan rakyat mereka sendiri. Dengan demikian, nubuat tentang kehadiran Allah menunjukkan komitmen Allah untuk membawa perayaan, pemulihan dan kehidupan baru bagi mereka yang menderita dan terabaikan. Allah menyatakan cinta-Nya yang besar melebihi murka-Nya kepada umat Israel dan bangsa-bangsa lain. Dalam kelemahan dan kejatuhan mereka Allah membuat mereka bangkit untuk kehidupan baru. Penghukuman diganti dengan kehadiran pemerintahan Allah (ay. 15). Penderitaan, yang selama ini dialami oleh umat Tuhan, dipahami sebagai tenda dari ketidakhadiran Allah di antara mereka. Sekarang, Allah sendiri membuktikan bahwa Dia tetap hadir dan memerintah umat-Nya. Kehadiran Allah mendatangkan sukacita besar, rasa aman, dan membangkitkan kembali kepercayaan diri umat Tuhan.

Kehadiran Allah memberi jaminan bahwa malapetaka, musuh, ancaman, dan penindas akan berlalu, digantikan dengan kemenangan (ay. 15,16,18,19). Pada waktu lalu umat Tuhan mengalami penindasan, hidup di bawah ancaman musuh-musuh mereka, dan selalu mengalami kekalahan. Pada masa ini, Allah mendatangkan kemenangan bagi mereka. Kemenangan, yang menyebabkan sukacita besar, tidak dapat diberikan oleh siapa pun, selain Allah. Kehadiran Allah membuat celaan digantikan dengan kenamaan dan pujian (ay. 18, 19). Secara psikologis, kekalahan dan pembuangan yang dialami oleh umat Tuhan mendatangkan cela dan rasa malu yang luar biasa, apalagi kalau diperhadapkan dengan status mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan. Betapa cela dan malunya mereka. Sekarang, dengan kehadiran dan pemerintahan Allah, cela dan rasa malu itu digantikan dengan sukacita kemenangan dan pujian. Status mereka sebagai umat Tuhan yang sempat pudar/redup, kini dipulihkan seperti sedia kala. Rasul Paulus pernah menyaksikan bagaimana kasih Allah menyatu dengan kehidupan umat percaya dan dengan kasih itu segala tantangan dapat dikalahkan. “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:35, 38-39).

Demikian pula pesan nabi Zefanya yang mengajak kita untuk bersukacita karena pemulihan dari Allah berlangsung bagi semua orang. Sukacita kemenangan itu juga dialami oleh mereka yang bekerja untuk keadilan bagi mereka yang terpinggirkan.

Aplikasi


Tidak sedikit masalah kehidupan yang bisa menyebabkan manusia hidup dalam situasi kritis, atau keadaan terpuruk secara ekonomi, sosial politik, budaya, dan spiritual. Banyak orang yang
pernah mengalami krisis keluarga, krisis moral, krisis kepercayaan, krisis iman, krisis persahabatan, krisis studi, krisis keuangan, dan berbagai krisis lainnya. Di saat-saat seperti itu kita tentunya merindukan pemulihan. Kekerasan dan kekejaman menimpa kaum kecil dan tidak berdaya dalam masyarakat, seperti perempuan dan anak, kaum difabel, kaum lansia, penderita AIDS dan penyakit menahun. Penderitaan manusia dan penderitaan lingkungan karena kesalahan kita dalam mengelola alam.

Pesan firman Tuhan melalui nabi Zefanya mengingatkan kepada kita tentang tindakan Allah yang memberi sukacita kepada mereka yang menderita. Kehadiran Allah melenyapkan ketakutan dan membuka pintu ke masa depan yang baru. Natal yang dirayakan dengan sukacita adalah natal bersyarat, yaitu ketika Allah hadir dan karya Allah dilami oleh kaum yang menderita.
Kelahiran Sang Juruselamat dirayakan oleh umat Kristen sebagai bentuk jawaban atas pergumulan mereka menghadapi keadaan dunia yang gelap dan tersesat. Kelahiran Kristus menghadirkan pengharapan dan sukacita oleh karena naungan kasih Tuhan atas semua orang yang sedang bergumul dengan situasi hidup yang tidak mudah. Kehidupan yang berpengharapan dan bersukacita inilah yang seharusnya diusahakan oleh setiap orang percaya, yaitu mereka yang telah menerima kelahiran Kristus di dalam dirinya. Kita selaku umat yang menerima sukacita, mestinya membagi sukacita itu bagi sesama dan semesta.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan