Minggu Sengsara II, 18 Februari 2024
Pembacaan Alkitab: Efesus 2:11-22
Tema: Jalan Tuhan Adalah Jalan Damai
Pengantar
Perdebatan dan pertengkaran sering terjadi di antara umat manusia. Mulai dari lingkungan yang paling kecil yakni keluarga, dengan sesama sampai ke tempat di mana ia bekerja. Hal ini menimbulkan banyak persoalan di tengah kehidupan. Termasuk juga di dalam gereja. Seringkali berujung pada perpecahan Memang, perdebatan hanya akan menguras tenaga, waktu dan pikiran manusia. Bila tidak mampu menahan diri, maka akan banyak kerugian yang dialami misalkan pada saat terjadi peperangan. Bagaimana peran umat percaya di tengah-tengah kehidupan ini? Bacaan hari ini menuntun kita untuk memahami jalan apa yang harus kita pilih dan tempuh selama Tuhan masih memberikan kehidupan.
Penjelasan Teks
Di Jemaat Efesus rupanya terjadi perpecahan antara jemaat yang berlatar belakang Yahudi dan non Yahudi. Hal ini dipicu persoalan sunat dan tidak sunat. Bagi yang berlatar belakang Yahudi, mereka telah melakukan sunat sebelum menjadi Kristen. Tetapi bagi yang bukan Yahudi, mereka tidak bersunat. Sepertinya ada kecenderungan dari mereka yang berlatar belakang Yahudi agar semua orang yang menjadi Kristen juga bersunat. Terhadap persoalan ini, Paulus menekankan bahwa itu adalah sunat lahiriah. Sunat oleh buatan tangan manusia. Kini, sunat tidak boleh menjadi sebuah persoalan karena kini semua orang telah menjadi bagian dari janji Allah. Masalah sunat ini, dapat kita temukan pada semua surat-surat Paulus. Bagi Paulus, hal paling penting adalah menaati hukum-hukum Allah (1 Kor. 7:19).
Menghadapi hal ini Rasul Paulus ingatkan, kini yang menjadi pemersatu pengikut Kristus adalah darah Kristus (ay. 13). Jadi, perdebatan tentang sunat tidak boleh lagi ada di kalangan orang percaya. Darah Kristus telah menyatukan mereka sebagai satu anggota tubuh Kristus. Melalui jalan penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus telah meruntuhkan tembok pemisah yakni perseteruan. Kini yang ada hanyalah damai sejahtera. Perseturuan dan suka melihat masa lampau adalah bagian dari dosa. Darah Kristus telah menebus dan mendatangkan damai sejahtera bagi dunia terutama mereka yang percaya pada-Nya.
Karya Kristus dengan sendirinya melepaskan manusia dari setiap ikatan-ikatan termasuk di dalamnya adalah sunat sebagai sebuah kewajiban untuk ditandai sebagai milik Allah. Kematian Yesus telah membatalkan semua hukum Taurat dengan segenap hukum dan peraturannya karena darah Kristus telah menyempurnakan segala sesuatunya.
Jalan pendamaian oleh darah Kristus itulah yang mempersatukan dan melenyapkan segala perseteruan. Dengan hilangnya perseteruan, maka yang ada hanyalah damai sejahtera. Damai sejahtera Allah oleh Yesus Kristus berlaku untuk mereka yang “jauh” dan “dekat.” Damai sejahtera itulah yang membuat semua pihak yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat menjadi satu dalam Roh dan dapat sampai kepada Bapa.
dengan demikian, persekutuan di dalam Kristus sebagai anggota-anggota keluarga Allah, menjadi kuat karena dibangun di atas dasar yang kuat yakni Yesus Kristus sebagai batu penjuru (ay. 20). Dengan damai sejahtera Allah dan Yesus menjadi dasar persekutuan, maka semua orang percaya mengalami pertumbuhan iman dan menjadi satu dalam keluarga Allah.
Aplikasi
Dari penjelasan si atas, maka sebagai orang percaya pada masa kini, ada beberapa hal yang mesti kita lakukan. Pertama, di dalam persekutuan orang percaya, tiap orang memiliki latar belakang tersendiri menurut budaya dan dari mana ia berasal. Ada yang sejak lahir sudah menjadi Kristen, tetapi ada juga yang berasal dari golongan Kristen lainnya mau pun agama lain. Tidak ada yang dalam posisi sebagai pengikut Kristus unggulan dan non unggulan. Semuanya memiliki status dan kedudukan yang sama sebagai bagian dari keluarga Allah. Terkadang, kita tidak meributkan tentang siapa dan dari mana. Kita berdebat tentang siapa yang berperan dalam pembangunan tubuh Kristus. Pikiran-pikiran inilah yang tidak Allah kehendaki. Tuhan memberikan tiap orang dengan karunia yang berbeda. Masing-masing berupaya menyatakan rasa syukurnya dengan kemampuan yang ia miliki. Selama masih memiliki tujuan untuk memuliakan, syukurilah dan jangan melihat tentang nilainya tetapi kerelaan hati untuk memberi yang terbaik.
Kedua, sebagai manusia yang berdosa, kini darah Kristus telah menebus dan menjadikan kita di milik-Nya. Itu berarti apa pun latar belakang kita, kini telah sama di hadapan Allah dan memiliki status yang setara. Yesus Kristus telah menghapus perbedaan di antara kita. Yesus datang untuk mendamaikan kita dengan Allah dan sesama serta hidup dalam damai sejahtera Allah. Ketiga, karena damai sejahtera atau syalom Allah sudah Yesus tinggalkan bagi kita, maka sebagai orang percaya pada masa kini, panggilan kita adalah merawat keluarga Allah dengan terus mengerjakan damai sejahtera. Caranya dengan kita berusaha sungguh-sungguh menciptakan damai sejahtera di mana saja berada. Bila ada hal-hal yang berpotensi menimbulkan perdebatan, kita hadir untuk menyelesaikan. Dengan selalu ada damai sejahtera, maka segala hal baik dapat kita kerjakan bersama dan mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Kehadiran kita, menjadi sukacita bagi semua orang sebab darah Kristus telah menyatukan dan Roh Allah menuntun kita hidup dalam damai sejahtera dengan semua orang. (jp)