DIPIMPIN OLEH HIKMAT TUHAN

Tema : “DIPIMPIN OLEH HIKMAT TUHAN

Pengantar

Secara umum hikmat (wisdom) adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai barang, orang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan penilaian dan perbuatan sesuai dengan pengertian tersebut. Namun, apa itu hikmat Tuhan? Dalam Alkitab, istilah hikmat sangat luas dan merangkum banyak pengertian: Pertama, mencakup pilihan-pilihan yakni orang berhikmat memilih jalan kehidupan, orang bebal memilih jjala kematian. Kedua, mencakup nilai-nilai misalnya kebaikan, keadilan kejujuran, kkesetiaan kesabaran dan kelemahlembutan. Ketiga, mencakup pengertian praktis yaitu dorongan dan semangat bekerja keras, jujur dan adil, hidup sederhana, menikmati makanan yang mmenjad bagiannya. Berbicara tentang hikmat, tidak menekankan pertama-tama kepada ppengetahua teoritis, oleh karena itu, kita tidak bisa mengatakan bahwa hikmat dan orang berhikmat adalah mereka yang memiliki gelar pendidikan yang tinggi, melainkan hidup sesuai dengan tiga hal yang telah disebutkan.

Penjelasan Teks

Secara tradisional, surat Yakobus ditulis oleh Yakobus (Yak. 1:1), saudara Yesus (Gal. 1:19), bukan rasulYakobus anak Zebedeus (Kis. 12:2). Surat Yakobus ditulis kepada kedua belas suku di perantauan (Yak. 1:1). Dalam bacaan kita saat ini, Yakobus membahas khusus tentang hikmat dari atas atau hikmat Allah. Yakobus 3:13-18 dibuka dengan pertanyaan mengenai siapa yang bijak atau berhikmat dan berpengertian, (ay. 13). Pertanyaan retoris ini terdapat dalam ayt 13a, hal ini tidak dimaksudkan untuk meminta jawaban, sebab pertanyaan itu akan dijawab olehnya sendiri dalam ay. 13b. Bagi Yakobus, orang yang berhikmat adalah dia yang ddapa menunjukkan perilaku yang baik, pekerjaan yang dilakukan dalam kelemahlembutan yang dihasilkan oleh hhikmat Orang berhikmat ditunjukkan melalui kebiasaan atau karakter seseorang, yakni seseorang yang hidup dengan cara yang lemah lembut dan bijaksana. Konsep hikmat yang lemah lembut semacam ini sebenarnya sudah disinggung di dalam PL,khususnya kitab Amsal (Ams. 11:2). SSelai itu, hikmat yang lemah lembut ini juga paralel dengan ucapan bahagia atau khotbah Yesus dibukit (Mat. 5:5-9). Hikmat yang menghasilkan kelemahlembutan ini berbeda dengan hikmat orang Yunani yang pada waktu itu menekankan kekuasaan dan kesuksesan duniawi sebagai hasil dari hikmat. Bagi orang Yunani, kelemahlembutan ialah tanda perbudakaan yang tidak layak bagi orang yang kuat dan percaya diri. Selanjutnya, Yakobus menjelaskan tentang persoalan dari hikmat yang keliru yang berasa dari bawah (ay.14-16), yang ia tentang dalam tulisannya. Hikmat yang keliru ini dapat ditemukan pada orang yang memiliki iri hati dan egois, atau ambisi yang salah dalamhatinya (ay. 3:14a). Lebih jauh, sifat-sifat dari hikmat yang keliru ini menunjuk pada guru-guru pada waktu itu yyan ganas (ferocious) dan kasar (harsh), yang kemudian memegahkan diri dan berdusta mmelawa kkebenaran Menurut Yakobus, sumber dari hikmat yang keliru ini berasal dari dunia, yang menyebabkan iri hati, ambisi, egois, kekacauan, dan kejahatan (ay.16). Hikmat yang keliru ini, tidak berasal dari atas, sebab seperti yang sudah dikatakan oleh Yakobus sebelumnya bahwa “setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang” (Yak. 1:17). Hal ini, berlawanan dengan perkataan Yakobus yang selanjutnya (ay. 17-18) tentang hikmat yang sejati yang berasal dari atas. Hikmat dari atas pendamai, peramah, rela untuk mengalah, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Hikmat seperti ini terlihat paralel dengan buah-buah Roh di dalam Galatia 5:22-23, sehingga terdapat korelasi antara hikmat dan Roh Kudus.Dalam bagian ini, Bapa Gereja Agustinus (354-430 M) secara apik pernah menuliskan bahwa hikmat bukan muncul dari kuasa manusia, tetapi dari atas, dari Allah. Hikmat dari atas ini, menurut Agustinus, perludiklaim oleh orang percaya sebagai karuniaTuhan. Di bagian akhir, Yakobus menutup pembahasan mengenai hikmat dengan menyimpulkan hubungan antara perdamaian, kebenaran, dan hikmat “buah dari kebenaran ditaburkan dalam damai bagi mereka yang membawa damai” (ay. 18. Bdk. Mat. 5:9).

Aplikasi

Beberapa hal bisa kita refleksikan dari bacaan ini antara lain:

  1. Sikap melepas keegoisan adalah bagian dari apa yang disebut sebagai hikmat yang datang dari atas. Tentu saja hikmat dari atas yang dimaksud adalah hikmat yang Tuhan kehendaki dengan ciri-ciri yang bersinggungan dengan kelemahlembutan, tidak iri hati, tidak arogan dan sombong. Semua bentuk ini nyata dalam kesediaan untuk hidup dalam kerendahan hati. Semua yang berlawanan dengan itu adalah ciri kehidupan yang akan merusak sendisendi kehidupan, kebersamaan dan keberagaman. Ciri hikmat inilah yang mesti dihidupi oleh semua orang percaya. Karena itu hiduplah rendah hati, mengesampingkan ego demi sesuatu yang baik. Salah satu syarat untuk menemukan apa yang baik bagi kehidupan bersama ialah kemauan menanggalkan keegoan. Dalam kehidupan pribadi, gereja dan masyarakat, selalu ada persoalan, maka penting memakai hikmat Tuhan sehingga tidak menimbulkan persoalan baru. Karena itu berilah diri dipimpin oleh hikmat Tuhan. Dalam kehidupan berbangsa, para pemimpin bangsa membangun Indonesia tidak terlepas dari berbagai kepentingan, namun kepentingan itu terarah pada satu hal besar yaitu membangun bangsa sebagai Indonesia tanpa membeda-bedakan. Mereka merumuskan hal itu dalam sila keempat dari Pancasila “Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyaratan/Perwakilan” Sila ke empat hendak menegaskan bahwa hidup bersama banyak orang itu tidak mudah. Banyak persoalan bisa muncul. Bagaimana memimpin dan mengelola hidup berbangsa juga tidak gampang. Maka para pendiri bangsa menuntut penggunaan hikmat dan musyawarah dalam tata kelola hidup bersama. Kita berdemokrasi, agar bukan kekuatan hawa nafsu, ambisi, uang, kekuasaan, kekayaan yang menentukan, melainkan hikmat kebijaksanaan yang menentukan arah hidup bangsa. Sebab dengan cara demikian, bangsa kita akan maju dan sejahtera.
  2. Hikmat dan kebijaksaan tentunya berasal dari Tuhan, karena itu sebagai orang percaya, sebagai warga bangsa, kita harus banyak memohon hikmat Tuhan dalam menghadapi tantangan dan pergumulan hidup kita, maupun dalam menghadapi berbagai ancaman krisis baik global, regional maupun lokal. Amin

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan