“Berpegang Teguh pada Kebenaran”

Renungan Minggu Bulan Pendidikan GMIT

Tema : “Berpegang Teguh pada Kebenaran”

Pengantar
Kita sedang berada di masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang pesat. Di samping berbagai dampak positifnya, perkembangan itu juga menimbulkan bermacam-macam dampak negatif. Misalnya, kemajuan artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang memiliki kekurangan pada aspek moralitas. Hal ini dapat membahayakan kehidupan banyak orang, sebab berbagai nilai etis yang mengatur kehidupan bersama dikesampingkan. Masalahnya, tidak semua informasi itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan kita tentang kebenaran, padahal Tuhan menghendaki agar kita hidup di dalam kebenaran. Jika demikian, apa yang dapat kita lakukan sebagai orang percaya supaya tidak terjerumus pada ketidak-benaran?

Penjelasan Teks

Paulus menulis surat ini kepada Timotius. Dalam surat-suratnya, Paulus sering menyebut Timotius sebagai rekan sekerja. Timotius juga orang kepercayaan Paulus. Timotius sering menemani Paulus dalam perjalanannya. Karena itu, Paulus menganggap Timotius seperti anaknya sendiri (1 Tim. 1:2; 2 Tim. 1:2). Timotius adalah keturunan Yahudi dan Yunani. Ibunya seorang Kristen Yahudi, sedangkan ayahnya seorang Yunani yang berasal dari Listra (Kis. 16:1). Ia dididik dengan tekun oleh ibu dan neneknya dalam iman Yahudi yang kuat. Sejak kecil ia sudah mengenal kitab suci yang memberikan hikmat kepadanya. Dasar ini kemudian diperkuat dan dikembangkan oleh Paulus. Timotius dibimbing dengan ketat oleh Paulus. Ia belajar bukan hanya dari pengajaran Paulus tetapi juga dari teladan, cara hidup, pendirian, iman, kesabaran, kasih dan ketekunan Paulus. Itu semua membuahkan hasil. Timotius bertekun dan sabar dalam menghadapi kerasnya kehidupan pelayanan ketika menghadapi penganiayaan. Paulus menulis surat dengan maksud untuk meneguhkan Timotius agar terus menjadi hamba yang setia. Pelayanan Timotius diperhadapkan dengan kondisi yang berbahaya. Ia mengalami penderitaan.

Paulus telah melaluinya dan kini Timotius juga ikut menderita dan sengsara. Berbagai pengajaran sesat juga berkembang di tengah jemaat. Di antara pengikut Kristus, akan ada yang terjerat oleh pengajar sesat sehingga mereka berubah menjadi pengkhianat dan pemfitnah. Namun, pada akhirnya penghianat itu akan kalah oleh kebenaran Allah. Karena itu, Paulus berpesan hendaklah Timotius tetap berpegang dengan setia pada kebenaran yang telah diterima dan diyakini dari Paulus. Pengajaran tersebut juga mencakup pemahaman tentang kitab suci yang telah diajarkan oleh orang tua, yaitu Eunike, ibunya dan Lois, neneknya. Paulus berpesan kepada Timotius agar “selalu mengingat orang yang mengajarkannya” (ay. 14). Ini bukan tindakan yang berpusat kepada manusia, melainkan cara untuk mengingat komunitas atau persekutuan yang turut membentuk diri dan memberikan pengajaran tentang kebenaran kepada Timotius. Timotius sudah belajar tentang kebenaran dan mempercayai kebenaran itu dari dalam keluarga. Kebenaran itu diperoleh terlebih dahulu dari kitab suci yang diajarkan oleh ibu dan neneknya. Paulus menekankan lagi manfaat dari kitab suci yang dibaca, yaitu untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (ay. 16). Ini sangat berguna bagi Timotius maupun jemaat. Karena itu, Timotius harus terus melanjutkannya dan tinggal di dalam kebenaran itu untuk menghadapi berbagai tantangan pelayanan.

Aplikasi

Dunia yang semakin berkembang menggoda orang percaya untuk terjerumus ke dalam berbagai hal yang dapat menyesatkan. Bagaimana cara menghadapinya? Jawabannya adalah berpegang pada kebenaran. Sekurangnya, terdapat tiga bentuk dari hidup yang berpegang pada kebenaran. Yang pertama adalah meneladani orang yang hidup dalam kebenaran. Teladan orang yang berpegang pada kebenaran dapat ditemukan dalam komunitas iman kita, yaitu mereka yang melakukan perintah Allah dengan penuh ketaatan. Namun, teladan yang sejati hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Ia berpegang pada kehendak Bapa-Nya, tahan uji terhadap tipu muslihat dunia, dan hidup dalam kesetiaan sampai mati. Yang kedua adalah hidup dalam persekutuan yang beribadah. Yang ketiga adalah mengenal kitab suci dengan benar. Firman Tuhan adalah kebenaran, tetapi memiliki Alkitab saja tidak cukup. Membaca Alkitab dalam ibadah pun tidak memadai. Kitab suci perlu dipelajari terus menerus. Isi kitab suci yang sudah dipelajari juga perlu untuk dipercayai. Itu akan berujung pada pengokohan iman. Iman yang kokoh tidak akan menjerumuskan kita ke dalam penyesatan dunia. Jika kita mengetahui kebenaran dalam kitab suci, maka kita akan mampu membedakan ajaran mana yang benar dan yang tidak benar. Dengan berpegang pada kebenaran, kita membuka diri untuk terus diajar, untuk menyingkapkan kesalahan, serta untuk bersedia memperbaiki kebiasaan dan cara hidup kita yang salah. Amin

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment

Kumpulan Bacaan